Berburu Alat Dapur, Tradisi 10 Muharram di Polman

  • Bagikan

POLEWALI, RADARSULBAR.CO.ID — Bagi sebagian warga tanggal 10 Muharram  1.445 Hijriah mungkin sama dengan hari-hari biasa, tetapi bagi warga Polewali Mandar (Polman), hari Asyura adalah hari di mana mereka memiliki tradisi berbelanja peralatan dapur yang terbuat dari besi dan plastik.

Tidak diketahui pasti kapan tradisi unik ini mulai ada di tanah Mandar, tetapi setiap tahun tradisi ini masih terus dilakukan oleh warga dan bertahan hingga saat ini.
Sejak pagi sejumlah warga memadati penjual dan toko perabot rumah tangga. Termasuk penjual alat dapur Pasar Sentral Pekkabata, Jumat 28 Juli. Penjual alat rumah tangga dipadati ibu-ibu rumah tangga yang berburu alat dapur.

Sementara bapak-bapak berburu alat pertanian yang juga terbuat dari besi. Ada yang membeli pisau dapur, wajan, atau penggorengan. Sementara kaum lelaki berburu alat pertanian seperti cangkul, parang, hingga sabit.

“Ya kami setiap tahun berburu alat-alat dapur seperti pisau, wajan, panci hingga piring besi di hari Asyura atau 10 Muharram yang sudah menjadi tradisi yang diajarkan oleh orang tua kami. Pokoknya kami beli pas tanggal 10 Muharram mau itu pisau, wajan atau apapun itiu yang terpenting terbuat dari besi,“ tutur Aty salah seorang warga Tanro Polewali.

Banyaknya warga yang berburu peralatan dapur hingga alat pertanian yang terbuat dari besi membuat para pedagang pun ketiban rejeki.
Salah seorang penjual peralatan dapur Pasar Pekkabata, Asriani mengaku omzet penjualannya meningkat setiap 10 Muharram. Kata dia omzetnya biasa mencapai jutaan rupiah.

Hal sama diungkapkan penjual alat pertanian Mahyuddin mengaku setiap tanggal 10 Muraharram omzetnya meningkat dari hari biasanya.

“Ya kalau hari biasa biasanya hanya bisa dapat ratusan ribu rupiah, tapi kalau 10 Muharram karena hampir semua warga berbelanja dan membeli alat pertanian dari besi sehingga omzet kami naik hingga jutaan rupiah,” ujarnya.

Selain berbelanja alat dapur dan alat pertanian dari besi, satu lagi tradisi 10 muharram yang hingga saat ini masih dijaga kelestariannya oleh warga Polman, yakni membuat bubur ketan hitam yang kemudian disantap bersama keluarga. Meski dua tradisi ini tidak diketahui kapan dimulainya, tetapi hingga hari ini tradisi ini tetap dijaga kelestariannya oleh masyarakat Polman. (mkb/jaf)

  • Bagikan