POLEWALI, RADARSULBAR.CO.ID –Pemprov Sulbar melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melakukan High Level Meeting (HLM) membahas arah kebijakan terkait pengendalian inflasi di Sulbar.
Forum itu melibatkan pemkab se Sulbar, termasuk TPID provinsi dan kabupaten serta lembaga vertikal terkait, pertemuan berlangsung di Aula Kantor Bupati Polman, Selasa 25 Juli 2023
Pj. Gubernur Sulbar Zudan Arid Fakrulloh menjelaskan, forum itu menjadi ruang menyamakan frekuensi terkait permaslahan dihadapi Sulbar serta langkah-langkah yang harus dijalankan kedepan.
Misalnya, sebagaiamana diketahui salah satu penyumbang inflasi di Sulbar adalah komoditas ikan. Setelah dilakukan operasi pasar yang beberapa kali Zudan mengaku dua menjadi permintaan masyarakat yaitu pabrik es dan cold storage. Untuk itu kedepan, perlu menyamakan frekuensi dalam melakukan revolusi APBD
“RKPD yang sedang disusun sekarang dan APBD 2024, inflasi dianggarkan, dicadangkan di Belanja Tak Terduga. Belanjakan untuk cold storage, pabrik pabrik es dan pusat pusat pertumbuhan. Kolaborasi Pemprov dan provinsi itu penting agar bisa nyambung,” ujar Zudan
Menurutnya, dengan kekompakan seluruh pemda dan TPID dalam menyelesaikan permasalahan inflasi, termasuk masalah Stunting, kemiskinan ekstrem, perkawinan anak dan anak putus sekolah.
“Mari TPID bersama kepala daerah terus mendorong inflasi ini terkendali. Saya optimis masalah Stunting, perkawinan anak, kemiskinan dan anak putus sekolah Itu bisa diatasi dengan kekompakan kita. Kita samakan frekuensinya, provinsi kerjakan apa kabupaten mengerjakan apa,” pungkasnya.
Ia pun mengingatkan agar dalam menjalankan tugas penting memperhatikan manajemen risiko. Kuncinya menjaga internal dan memastikan kinerja dirasakan langsung masyarakat.
Kepala Biro Ekonomi Pembangunan Pemprov Sulbar Masriadi Nadi Atjo menambahkan, HLM secara rutin dilaksanakan dua hingga tiga kali setahun. Tujuannya menetapkan langkah-langkah kongkrit dan kebijakan dalam melakukan pengendalian inflasi.
Disebutkan Sulbar saat ini urutan ketiga inflasi terendah se Indonesia, 2,28 persen. Dan sembilan bulan berturut-turut masih dibawah nasional.
“Ini berkat kerjasama semua pihak. Diharapkan kebersamaan dapat tetap berlanjut dalam menjaga ketersediaan pasokan dan kestabilan harga,” pungkasnya. (jaf)