TOPOYO, RADARSULBAR.CO.ID – 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) menjadi salah satu fokus utama dalam melakukan pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita.
Hal ini sangat penting, sebab dengan pemenuhan gizi yang baik diharapkan ibu hamil dan balita dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sehingga peningkatan angka stunting dapat dicegah.
Angka prevalansi stunting di Sulbar pada tahun 2022 mencapai 35 persen atau mengalami kenaikan 1,2 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut menempatkan Sulbar pada posisi kedua provinsi dengan stunting tertinggi secara nasional setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
BKKBN Sulbar bekerjasama dengan Universitas Tadulako melaksanakan kegiatan KKN Tematik Stunting dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Desa Menuju Indonesia Bebas Stunting dan kemiskinan Ekstream”, salah satunya ditempatkan di wilayah Kabupaten Mamuju Tengah.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah bagaimana mendorong pemerintah setempat bersama dengan masyarakat untuk meningkatkan minat dalam pemanfaatan pangan lokal khusunya yang mengandung protein nabati dan hewani.
Optimalisasi pemanfaatan pangan lokal perlu terus digalakkan untuk mencegah stunting. Tidak hanya daun kelor, peningkatan kualitas konsumsi gizi pada 1.000 HPK dengan memanfaatkan berbagai variasi pangan lokal yang tersedia di lingkungan sekitar.
Melalui program Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT), Mahasiswa KKN Tematik Stunting mengadakan kegiatan Praktik Memasak di Desa Tabolang, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Senin 12 Juli 2023.
Menurut Julianti Rohmalia, Sekretaris KKN Tematik Stunting Kabupaten Mamuju Tengah, Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja yang dilakukan oleh mahasiswa di desa Tabolang untuk memberikan inovasi baru dengan pemanfaatan pangan lokan dengan memanfaatan sumber protein pada ikan nila serta edukasi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu di desa Tabolang dalam mengelola ikan nila agar dapat dibuat jenis olahan lain untuk meningkatkan nafsu makan anak.
“Salah satu program yang dilaksanakan melalui kegiatan DASHAT di Kampung KB, kami membuat salah satu jenis makanan yang disukai mulai dari kalangan dewasa hingga anak-anak yaitu bakso. Bakso berbahan dasar Ikan Nila sebagai pangan alternatif yang dapat dikonsumsi anak usia 2 tahun,” ujar Julianti.
Pemilihan jenis ikan yang digunakan disesuaikan dengan jenis ikan yang banyak dijumpai di desa Tabolang. Terdapat banyak penangkaran ikan nila yang dikelola oleh perangkat desa dan tentunya ini sangat potensial untuk dijadikan sebagai sumber protein hewani yang baik untuk dikonsumsi oleh ibu hamil maupun balita.
Julianti lebih lanjut mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat serta memberikan pengalaman yang sangat berkesan bagi masyarakat, dimana kami dapat berkontribusi langsung dalam rangka mencegah serta menurunkan angka stunting di Sulawesi Barat. Berkat kegiatan ini juga, ilmu yang kami miliki di bangku kuliah dapat memberikan manfaat nyata khususnya penambahan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat setempat dalam mencegah stunting.
Hadir pada kegiatan ini, Ketua TP. PKK Desa Tabolang, Hj. Sulianti bersama kader IMP dan bidan desa mengapresiasi inovasi yang dibuat oleh mahasiswa dalam memanfaatkan dan mengelola sumber pangan lokal yang tersedia disekitar.
“Kegiatan tersebut mendapat antusiasme serta respon positif dari para ibu-ibu yang sempat hadir. Kami berharap masyarakat dapat termotivasi dan mendapat banyak ide-ide baru dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi suatu olahan makanan dengan daya tarik dan bernilai gizi tinggi untuk diberikan kepada anak-anak sebagai pilihan makanan yang enak dan bergizi,” seru Sulianti. (*)