“Antisipasi kemarau dan El Nino. Jaga stabilitas keamanan, apalagi tahun politik mulai memanas menjelang pemilu 2024,” tekannya.
Sekprov Sulbar, Muhammad Idris juga menekankan pentingnya kebersamaan dalam upaya pengendalian inflasi. Ia meminta agar TPID bersama pihak lain dapat mengantisipasi hal-hal yang dianggap sebagai penyebab terjadinya inflasi.
“Dengan kebersamaan, tentunya akan bisa mencapai hasil maksimum. Sinergi antar TPID se-Sulbar dengan instansi terkait yang sudah terbangun selama ini harus diperkuat,” kata Idris, yang juga selaku ketua TPID Sulbar.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulbar, Gunawan Purbowo mengingatkan bahwa risiko inflasi masih kemungkinan terjadi. Hal itu bisa disebabkan dari tidak menentunya kondisi alam.
“Bencana tanah longsor yang dapat menutup badan jalan. Hal tersebut membuat jalur distribusi utama provinsi menjadi terhambat dan berpotensi meningkatkan biaya logistik,” ungkapnya.
Selain itu, kondisi cuaca yang ekstrem dan gelombang laut yang tinggi membuat frekuensi melaut para nelayan menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan stok pasokan aneka ikan segar menjadi terbatas dan kenaikan harga mulai terlihat di pasar.
Gunawan menyampaikan, terdapat beberapa rekomendasi pengendalian inflasi Sulbar ke depan. Di antaranya melanjutkan operasi pasar di setiap kabupaten di Sulbar untuk komoditas yang rawan peningkatan harga.
Berikut melakukan monitoring harga bahan makanan dan perluasan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan provinsi lain, untuk menjamin ketersediaan pasokan serta memberikan pasar untuk produk Sulbar.
Laju inflasi di Sulbar masih menunjukkan angka stabil dari bulan ke bulan sepanjang tahun ini. Inflasi Juni 2023 tercatat 2,28 persen. Turun 0,01 persen dari bulan Mei 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar mencatat trend inflasi di Sulbar terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar kelompok pengeluaran. Seperti kelompok pakaian, kebutuhan dan peralatan rumah tangga dan sebagainya.
Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri mengatakan, inflasi di Sulbar menempati urutan ke sembilan terendah dari 90 kabupaten/kota berdasarkan hasil Indeks Harga Konsumen (IHK). Tertinggi terjadi di Kota Ambon sebesar 6,10 persen.
“Tingkat inflasi dari bulan ke bulan pada Juni 2023 sebesar 0,70 persen dan tingkat inflasi tahun kalender Juni 2023 sebesar 1,37 persen,” kata Tina, saat press rilis, di Kantor BPS Sulbar, Senin 3 Januari.
Menurut Tina, komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada Juni 2023 antara lain, beras, bensin, rokok kretek filter, ikan baronang, angkutan udara, sewa rumah, sabun detergen, telur ayam ras, kontrak rumah dan angkutan antar kota. Sementara komoditas yang memberikan andil deflasi seperti ikan cakalang, ikan layang, minyak goreng, ikan bandeng, dan cabai rawit. (ajs/*)