MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID — Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sulbar bekerja sama Lapas Perempuan Kelas III Mamuju membuka Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) tahun 2023 di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas III Mamuju, Senin, 8 Mei 2023.
Pelatihan Berbasis Kompetensi ini meliputi tiga jurusan keahlian, yaitu, Jurusan Tata Busana /Garment, Jurusan Tata Rias dan Kecantikan serta Jurusan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kepala Disnaker Sulbar, H. Andi Farid Amri mengatakan, BLK adalah tempat pelatihan yang dilengkapi sarana dan prasarana untuk mendapatkan keterampilan bagi yang ingin meningkatkan keterampilan dan keahlian di bidangnya masing-masing.
“Keberadaan BLK adalah untuk membuka beberapa bidang kejuruan seperti Tata Busana, Komputer, Pengelasan, Tata Rias dan Kecantikan, Teknik Pengelasan serta jurusan lainnya bertujuan untuk meningkatkan keterampilan bagi generasi muda yang ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya,” ujarnya.
Oleh sebab itu, lanjut Farid, setelah mengikuti pelatihan ini, warga binaan diharapkan dapat berwirausaha secara mandiri dan bersaing di pasar global ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya di Sulbar.
“Saya menyambut baik akan kerjasama antara Disnaker Sulbar dengan Lapas Perempuan Kelas III Mamuju sebagai bentuk partisipasi Pemerintah Daerah dalam peningkatan keterampilan bagi masyarakat khususnya bagi warga binaan pada Lapas Perempuan Kelas III Mamuju,” paparnya.
Farid berharap, kerjasama yang dilakukan Disnaker Sulbar dengan Lapas Perempuan Kelas III Mamuju dapat berlanjut yang bertujuan untuk peningkatan keterampilan keahlian bagi warga binaan.
“Saya berharap semoga program pelatihan ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja sehingga setelah selesai menjalani hukumannya dapat menjalankan usaha secara mandiri yang pada gilirannya dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Lapas Perempuan Kelas III Mamuju, Hj. Marwati berpesan agar warga binaan yang ikut dalam kegiatan ini dapat mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh. Karena, dengan kegiatan ini, dapat menghilangkan stigma negatif masyarakat kepada warga binaan, yang dianggap hanya membebani keluarga.
Marwati berharap, warga binaan dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan potensi yang ada, sehingga jika sudah bebas, ilmu yang diperoleh dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kita harapkan, warga binaan yang memgikuti pelatihan ini, setelah menjalani masa hukumannya, dapat langsung berwirausaha ataupun bekerja bahkan dapat membuka lapangan pekerjaan,” tutupnya. (ian)