Geliat Ekonomi Lokal Menjelang Idul Fitri

  • Bagikan

SUASANA ini bukan hanya terasa pada aktivitas umat Islam yang melakukan ibadah puasa di bulan Ramadhan, tapi berkah ramadhan ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat kecil di daerah tumbuh, berkembang dan lebih inovatif.

Oleh: Nurdiyah Sofjan
(Dosen FST Universitas Terbuka)

Menggambarkan bahwa konsumsi rumah tangga di daerah pedesaan relatif solid sebagai pemacu ekonomi lokal, daya beli konsumen pada bulan ramadhan memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional. Bahkan menjelang idul fitri di prediksi angka kenaikan mudik pada tahun ini, akan meningkat dari beberapa tahun lalu pada waktu suasana pandemik Covid 19.

Dan biasanya dalam tradisi mudik seperti ini, hari raya Idul Fitri menjadi momentum yang sangat berharga untuk bertemu sesama saudarah jauh di perantauan maupun di dalam kampung, berkumpul bersama sekali setahun menikmati suasana lebaran yang sangat berkah itu. Bahkan porsi pengeluaran rumah tangga atau seseorang, akan memaksimalkan daya belinya untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan. Seperti penggunaan transfortasi peribadi atau umum dari daerah akan tinggi, pakaian, pangan, makanan dan minuman akan tumbuh secara signifkan.

Kondisi inilah yang memicu perputaran uang pada hari raya Idul Fitri kali ini, di perkirakan lebih besar sekitar Rp. 243 triliun dari tahun lalu sebanyak Rp. 221 trilun (Kompas id, 2023).

Pasar sebagai tempat terjadinya transaksi atas sejumlah produk, atau tempat terjadinya penawaran dan permintaan tersebar. Proses transaksi bukan lagi terjadi di pasar-pasar tradisional maupun on line seperti biasanya, tapi aktivitas ekonomi masyarakat di bulan ramadhan pun menyebar disetiap sudut-sudut kota, pinggir jalan menawarkan tadjil, butik dan komoditi pertanian.

Pada kondisi ini, aktivitas ekonomi kecil dan menengah lebih kompetitif. Geliat mereka lebih terasa, mendorong pertumbuhan ekonomi dari bawah untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang sangat potensial, bahkan di prediksi pada triwulan II-2023 meningkat disekitaran 4,6 persen hingga 5 persen (Kompas id, 2023).

Walaupun momentum hari raya Idul Fitri, terkhusus untuk komditi produk pertanian seperti telur, ayam, daging, beras, bawang merah serta komoditi lainnya terjadi kenaikan permintaan yang tinggi tentu saja akan mendorong terjadinya inflasi lebih tinggi pada produk-produk lainnya. Apalagi intervensi pasar dari pemerintah relatif kecil, dengan model transaksi menjelang lebaran yang sangat sangat potensial ini.

Maka, hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah menjaga ketersedian kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi untuk mengontrol ketersediaan dan lonjakan harga melampaui harga normal tidak terjadi. Melalui impor, maupun menggeser produk pertanian ke perkotaan maupun ke daerah-daerah yang potensi pertaniannya terbatas.

Kekuatan konsumen lokal inilah, yang bisa memicu pertumbuhan ekonomi nasional masih bergairah ditengah secara ekonomi global pada saat sekarang melambat, apalagi untuk pelaku usaha kecil dan menengah. (*)

  • Bagikan