Safari “Tanah Air”

  • Bagikan

Oleh: M Danial

AZAN Isya baru saja selesai. Beberapa mobil mengkilap memasuki halaman masjid. Satu-persatu penumpangnya bergegas memasuki masjid. Mereka adalah rombongan safari ramadhan yang terdiri pejabat dan ustaz.

Safari ramadhan adalah istilah yang populer sejak zaman orde baru. Yang disematkan pada kegiatan pemerintah pusat dan daerah berkeliling mengunjungi masjid di bulan ramadhan.

Tujuannya untuk silaturahmi dengan masyarakat. Sekaligus menyampaikan informasi atau imbauan pemerintah yang diistilahkan pesan-pesan pembangunan.

Rombongan safari ramadhan terdiri pejabat pemerintah disertai penceramah agama atau ustaz yang “ditugaskan” menyampaikan pesan pembangunan dari perspektif agama.

Seiring waktu, safari ramadhan menjadi tren berbagai kalangan untuk berkegiatan dari masjid ke masjid di bulan ramadhan. Kegiatan tersebut dinilai cukup efektif untuk menyambangi masyarakat melakukan sosialisasi. Termasuk meningkatkan citra di mata publik.

Tak heran safari ramadhan dilakukan pula parpol dan politisi, baik politisi nasional maupun lokal. Yang sudah menjadi “yang terhormat” maupun yang masih mengincar kursi wakil rakyat.

Musim safari ramadhan juga membuat para ustaz kebanjiran order

Istilah safari ramadhan diperkenalkan pertama kali oleh Menteri Penerangan pada masa orde baru, Harmoko.

Menteri Penerangan yang populer dengan diksi “sesuai petunjuk bapak Presiden” setiap memberi keterangan pers sebagai juru bicara pemerintah, aktif mengunjungi berbagai daerah pada bulan ramadhan.

Harmoko menjadi Menteri Penerangan Kabinet Pembangunan IV, V, dan VI (1983 sampai 1988). Safari ramadhan makin intens dilakukan Harmoko saat ia dipercaya menjad Ketua Umum Golkar (1983-1998).

Ia mendatangi banyak pondok pesantren dan masjid, bertemu para tokoh dan pejabat daerah. Harmoko yang dikenal piawai berpidato, pada pertemuan tersebut memberi ceramah agama yang disisipi pesan-pesan pembangunan.

“Semangat ramadhan sejalan dengan semangat efisien yang sedang digalakkan: prihatin, sederhana, hemat, dan tepat guna,” begitu pesan Harmoko dalam buku Safari Ramadhan Menteri Penerangan 1984-1989.

Selain mempopulerkan safari ramadhan, Harmoko sebagai Menteri Penerangan merupapan juga penggagas Kelompencapir. Singkatan dari kelompok pendengar (radio), pembaca (surat kabar) dan pemirsa (TV). Kelompencapir disebut sebagai media penyaluran informasi dari pemerintah kepada masyarakat.

Menteri “safari ramadhan” yang juga mantan Ketua Umum PWI Pusat, pada masanya pula Koran Masuk Desa (KMD) diperkenalkan. KMD adalah surat kabar umum yang memiliki terbitan khusus (mingguan) dukungan pemerintah (Menteri Penerangan).

Harmoko dikenal pula sebagai orang kepercayaan atau loyalis Soeharto. Harmoko melaporkan kepada Soeharto hasil safari ramadhannya ke berbagai daerah, bahwa rakyat Indonesia masih menginginkan Presiden Soeharto.

Saat Harmoko menjabat Ketua MPR/DPR RI, ia membikin pernyataan resmi atas nama rakyat meminta Soeharto mundur sebagai Presiden.

“Saya masih terus mengamati: bagaimana Pak Harmoko akan ditempatkan dalam sejarah Indonesia modern. Ia dibenci kelompok anti-Soeharto pada zamannya. Ia dibenci keluarga Soeharto pada akhirnya,” tulis wartawan senior dan kolumnis kondang Dahlan Iskan (Radar Solo 6/6/21).

Beberapa tahun lalu safari ramadhan di sebuah desa. Hujan mengguyur sebelum buka puasa menyebabkan halaman di sekitar masjid becek.

Malam itu bertepatan kunjungan tim safari ramadhan kabupaten di desa setempat. Nama desanya tidak saya cantumkan dalam tulisan ini.

Yang empunya cerita mengisahkan, menjelang salat isya dimulai masih gerimis. 

Beberapa anak muda setempat menghabiskan waktu d sekitar tempat wudhu sebelum masuk masjid.

Karena halaman sekitar masjid becek, di antara anak muda tersebut mengingatkan rekannya membersihkan kakinya dengan baik sebelum masuk masjid.

“Eh anu … Kalau masuk masjid jangan bawa-bawa tanah air,” dia mengingatkan dengan nada bercanda.

Rombongan safari ramadhan yang mendengar anak muda itu merasa tersinggung. Ia berpikir anak muda yang juga jamaah masjid itu tidak menginginkan ceramah selain mengenai agama.

Juru dakwahpun terpaksa sangat berhati-hati menyampaikan materinya agar tidak dianggap membawa tanah air masuk masjid.

Sedangkan candaan anak muda menyebut tanah air adalah bahasa keren bagi mereka tanah yang becek. Atau tanah bercampur air karena hujan.

Tim safari kabupaten pamit setelah tarawih delapan rakaat, membawa kesan bahwa mereka adalah tim “safari tanah air” bagi warga setempat.

Misunderstanding atau salah pengertian. Tapi boleh jadi ada benarnya karena materi atau pesan-pesan yang membosankan. (*)

  • Bagikan

Exit mobile version