Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) itu mengatakan, Jokowi tentu berharap Koalisi Besar tersebut tidak hanya berisi lima partai. Namun harus mengajak banyak partai.
Selain Perindo dan PBB, PSI tampaknya juga akan diajak bergabung. Karena itu, Ujang menilai kunjungan ketua umum partai ke rumah Prabowo tersebut sudah direncanakan dengan matang.
”Kita tunggu saja manuver apa lagi yang akan dilakukan berikutnya,” tutur direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) tersebut.
Sementara itu, dosen ilmu politik dan international studies Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai pembentukan Koalisi Besar merupakan strategi politik Jokowi bersama jaringannya.
Tujuannya mengepung PDIP agar bersedia menyerahkan golden ticket-nya kepada arus besar koalisi yang digagas itu. Namun, lanjut dia, PDIP tampaknya tidak begitu mudah diperdaya.
PDIP, kata Umam, membatasi ruang negosiasinya dengan menegaskan siap bergabung dengan Koalisi Besar. Asalkan posisi capres diserahkan kepada PDIP.
Menurut dia, langkah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak hadir dalam pertemuan di kantor DPP PAN pada 2 April lalu merupakan keputusan brilian.
”Artinya, ketika ide Koalisi Besar diluncurkan, maka jelas dan terang bahwa PDIP bukan bagian dari gerbong tersebut,” ulasnya.
Umam menambahkan, sikap PDIP menunjukkan kematangannya dalam berpolitik. Mereka siap dengan segala konsekuensi. Baik menang maupun kalah dalam kontestasi. (jpg)