MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID – Nilai ekspor Sulbar pada Februari 2023 sebesar USD 23,80 juta. Nilai tersebut turun 16,28 persen dibanding Januari 2023 senilai USD 28,85 juta.
Penurunan tersebut disinyalir imbas dari berkurangnya ekspor kelompok barang non-migas berupa hasil industri. Itu menandakan bahwa komoditas ekspor Sulbar hanya berpangku pada komoditas non migas atau pertanian dan turunannya saja.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar, Tina Wahyufitri mengatakan, BPS telah merilis nilai ekspor di setiap provinsi, termasuk Sulbar. Hasilnya terjadi penurunan nilai ekspor dari Januari 2023 ke Februari 2023.
Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya ekspor kelompok barang non-migas berupa hasil industri. Berbanding terbalik dengan komoditas non migas, seperti lemak dan minyak hewani dan nabati serta berbagai produk kimia, kakao, dan lainnya.
“Nilai ekspor periode Januari sampai Februari 2023 mencapai USD 52,24 juta. Juga turun sebesar 27,32 persen dibanding di bulan yang sama tahun 2022 yang mencapai USD 71,87 juta,” kata Tina, kemarin.
Ia menjelaskan, nilai ekspor lemak dan minyak hewani nabati pada bulan Februari menurun sebesar 32,42 persen, dari USD 26,21 juta menjadi USD 17,71 juta.
“Ada pun negara tujuan utama ekspor Sulbar pada bulan Januari 2023 adalah China, Filipina, Malaysia, Jepang, India, dan Pakistan,” tuturnya.
Dari total nilai ekspor selama bulan Februari 2023 sebesar USD 23,80 juta tersebut, nilai ekspor ke China mencapai USD 16,80 juta atau 70,57 persen, Filipina sebesar USD 5,44 juta atau 22,88 persen.
Kemudian, ke Malaysia mencapai USD 1,26 juta atau 5,28 persen, Jepang USD 0,14 juta atau 0,28 persen, dan India USD 0,14 juta atau 0,27 persen.
Kepala Stasiun Karantina Mamuju, drh Agus Karyono menuturkan selama tahun 2022 nilai ekspor komoditas pertanian di tahun 2022 sebanyak Rp 4,7 triliun dan 95 persen disumbang oleh turunan kelapa sawit. Sementara di tahun 2021, nilainya mencapai Rp 7,1 triliun.
“Ada penurunan karena kebijakan pelarangan ekspor CPO. Tahun 2023 kita target ekspor bisa melampaui tahun 2021,” tuturnya.
Selama 2023, kata dia, Sulbar telah mengirim Refined, Bleached, Deodorized (RBD) Palm Olein sebanyak lima kali ke Tiongkok, China, dengan total volume mencapai 66 ribu ton.
“Peran karantina pertanian adalah selalu memastikan kualitas komoditas pertanian yang diekspor tersebut harus aman dengan melalui serangkaian tindakan karantina seperti pemeriksaan fisik dan keabsahan dokumen, sehingga ditindaklanjuti dengan penerbitan Phytosanitary Certificate sebagai persyaratan negara tujuan,”
Pihaknya juga terus berperan aktif meningkatkan ekspor melalui program Kementerian Pertanian (Kementan) RI, yakni Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks). (ajs/*)