POLEWALI, RADARSULBAR.CO.ID – Puluhan anggota kelompok pengajian dan majelis taklim serta warga Kecamatan Tinambung Polman menyambut datangnya bulan suci Ramadan dengan mengunjungi sejumlah makam ulama penyebar agama Islam.
Dalam ziarah makam ulama ini dilakukan dengan menumpangi dokar atau bendi khas Mandar. Perjalanan wisata religi ini juga sebagai salah satu upaya melestarikan dokar sebagai budaya asli daerah ini.
Tradisi unik dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1444 Hijriyah dengan menggunakan alat trasnportasi dokar atau bendi mereka berziarah ke makam para wali ulama yang menjadi penyebar agama Islam di tanah Mandar.
Konvoi ini dimulai dari masjid Raya Tinambung lalu menempuh perjalan sejauh 20 kilometer menuju makam ulama di wilayah Kecamatan Balanipa dan Campalagian.
Makam ulama yang didatangi diantaranya KH Muhammad Saleh di pekuburan Ko’bah Pambusuang Balanipa, makam KH Muhammad Tahir atau yang lebih dikenal dengan Imam Lapeo di Campalagian, makam Al Habib Alwi bin Abdillah Jamalullail dan Habib Jafar bin Toha Al Mahdali di Desa Bonde Kecamatan Campalagian.
Didepan makam ulama, warga membaca ayat suci Al quran lalu melantunkan doa dan dzikir. Warga percaya ziarah makam ulama dapat membawa berkah selama menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan.
Wisata religi ini dilakukan warga setiap tahun saat menjelang bulan Ramadan. Kegiatan ini telah menjadi tradisi telah dilakukan warga suku Mandar secara turun temurun sejak beberapa tahun lalu.
Salah seorang tokoh agama, Ustad Radi Rahman mengatakan, wisata religi ini setiap tahun dilakukan dengan tujuan ingin mengambil berkah agar semua umat muslim tetap sehat menjalankan ibadah bulan suci Ramadan.
Tujuan dari ziarah makam ulama ini sebagai wujud syukur warga untuk menghargai para ulama terdahulu yang telah menyebarkan agama Islam di daerah ini.
“Tiap tahun kita gelar jelang Ramadan. Kita ziarah untuk memohon keberkahan kepada Allah SWT, agar kita senantiasa diberi kesehatan menjalankan ibadah puasa,” kata Radi Rahman.
Ketua panitia, Saba Hannur Arifin mengatakan, jumlah peserta bendi religi ini lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya. Seiring dengan hampir punahnya dokar atau bendi yang terus tergerus oleh jaman. Pihak panitia sengaja memilih alat transportasi bendi ini untuk menjaga kearifan lokal agar alat trasnportasi tradisonal ini tetap lestari ditengah munculnya gempuran alat transportasi modern.
“Semoga tahun depan kita kembali dapat laksanakan dengan lebih meriah lagi,”pungkasnya. (mkb)
DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI GOOGLE NEWS