MAMUJU, RADARSULBAR.CO.ID — Jumat (24/02/2023), hari kedua kunjungan kerja Wakil Presiden Republik Indonesia di Provinsi Sulawesi Barat, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Barat menyasar langsung keluarga beresiko stunting melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pelayanan KB Gratis di Posyandu Siola Matahari, Kelurahan Binanga, Kabupaten Mamuju.
Keluarga berisiko stunting adalah keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak remaja puteri/calon pengantin/Ibu Hamil/anak usia 0 – 23 bulan/anak usia 24 – 59 bulan berasal dari keluarga miskin, pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan air minum tidak layak.
Masyarakat atau keluarga yang hadir pada kegiatan tersebut sangat antusias dengan pelaksanaan kegiatan ini. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam program Bina Keluarga Balita (BKB) antara lain KIE pola pengasuhan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak periode kehamilan hingga anak berusia 2 (dua) tahun, pengembangan motorik bagi Baduta/Balita dan penggunaan Kartu Kembang Anak (KKA) kepada ibu menyusui dan ibu hamil di Posyandu oleh kader BKB bekerja sama dengan TP PKK Provinsi Sulawesi Barat.
Sedangkan pada kegiatan pelayanan KB gratis yang menggunakan Mobil Pelayanan KB BKKBN Sulawesi Barat, telah sukses memberikan pelayanan KB gratis kepada masyarakat berupa pelayanan KB Suntik sebanyak 1 orang, Implan sebanyak 10 orang, IUD sebanyak 2 orang, Kondom sebanyak 4 orang, sehingga total masyarakat yang terlayani sebanyak 17 orang.
Kunjungan kerja Wakil Presiden RI pada hari kedua adalah untuk melihat langsung pelaksanaan program penurunan Stunting, seperti pelayanan ibu hamil dan balita di Posyandu. Dilanjutkan dengan pemberian makanan tambahan kepada keluarga sasaran, dan pemberian bantuan kepada keluarga sasaran. Hadir pula dalam kunjungan tersebut Sekretaris Utama BKKBN RI, Drs. Tavip Agus Rayanto, M.Si, didampingi oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Barat, Nuryamin, STP, MM.
“Dan tentu teriring harapan semoga angka stunting di Sulbar turun walaupun tidak 14 persen. Karena 14 persen merupakan rata-rata nasional dengan memperhatikan kondisi dan geografis suatu wilayah. Karena stunting ada faktor langsung dan tidak langsung serta yang kita butuhkan upaya strategi jalur pintas, disamping strategi jangka pendek dan jangka panjang” ungkap Tavip, Sestama BKKBN RI. (adv)