Ekonomi Sulawesi Barat 2023: Tantangan dan Alternatif Solusi Permasalahan

  • Bagikan

Oleh: Aldi Pratama Sembiring

(Ekonom Yunior Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat)

SEPANJANG tahun 2022, perekonomian Sulawesi Barat terus menunjukkan arah yang positif. Pada triwulan III 2022, perekonomian Sulawesi Barat mencatat pertumbuhan sebesar 3,39 persen (yoy). Kondisi tersebut meningkat dibandingkan perekonomian pada triwulan – triwulan sebelumnya yang tumbuh  sebesar 0,93 persen (yoy) pada triwulan I dan 2,13 persen (yoy) pada triwulan II. Akselerasi pertumbuhan ini didorong oleh normalisasi aktivitas masyarakat dan bisnis sejalan dengan terkendalinya penyebaran COVID-19 di Sulawesi Barat dan pencabutan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Namun demikan, dalam menjaga momentum pertumbuhan tersebut terdapat sejumlah tantangan dihadapi. Salah satu tantangan tersebut adalah tingginya intensitas/frekuensi bencana di Sulawesi Barat. Berdasarkan laporan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2021, Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan skor risiko bencana yang paling tinggi di Indonesia. Skor Sulawesi Barat adalah 164,85. Secara spesifik, 5 (lima) dari 6 (enam) kabupaten di Sulawesi Barat tergolong ke dalam kelas risiko tinggi terkena bencana alam, hanya Kabupaten Polewali Mandar yang tergolong ke dalam kategori risiko sedang. Adapun beberapa ancaman bencana yang rawan terjadi di Sulawesi Barat, yaitu gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, gelombang ekstrim, dan abrasi. 

Dari berbagai ancaman bencana tersebut, bencana gempa bumi, tsunami, dan banjir tergolong ke dalam bencana yang berpotensi memberikan dampak kerugian besar (di atas Rp4 triliun) terhadap perekonomian . Selain itu, kejadian bencana alam juga dapat memberikan risiko adanya scarring effect terhadap stabilitas perekonomian di Sulawesi Barat yang membutuhkan fase recovery cukup lama. Seperti bencana gempa bumi yang terjadi pada Januari 2021 di Majene yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp449,8 miliar untuk wilayah Majene atau setara dengan 51,2 persen total belanja Pemerintah Kabupaten Majene pada tahun 2021. Selanjutnya, bencana tersebut menyebabkan adanya peningkatan inflasi yang signifikan pada rentang 2 persen-4 persen (yoy) di semester I 2021.

Dengan memperhatikan besarnya dampak bencana tersebut, diperlukan adanya pembangunan kesadaran (awereness) baik dari masyarakat maupun seluruh pemangku kepentingan untuk mitigasi dan penanganan bencana di Sulawesi Barat. Kegiatan mitigasi bencana dapat dilakukan dengan mulai digalakkannya berbagai kegiatan cinta lingkungan dirangkaikan dengan berbagai main event di Sulawesi Barat yang bertemakan green activity (berbasis lingkungan) seperti penggalakan green economy dan green tourism. Selanjutnya dari sisi penanganan bencana, Pemerintah dan pemangku kepentingan di Sulawesi Barat dapat merumuskan mekanisme Pembiayaan dan Asuransi Risiko Bencana (PARB) di Sulawesi Barat. Penyusunan mekanisme PARB ini dapat digunakan sebagai bentuk perlindungan keuangan negara serta aset pemerintah dan masyarakat dengan tanpa memberatkan anggaran negara dalam menghadapi risiko dan kerugian akibat bencana alam. Dengan begitu, akan terdapat sumber pembiayaan publik dan non-publik di tingkat daerah yang dapat mewujudkan masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana dan mampu mempercepat proses recovery pasca bencana untuk tetap menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat.

Dalam mewujudkan hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat telah turut serta untuk mendukung ketahanan ekonomi berbasis lingkungan dengan mengadakan berbagai kegiatan, diantaranya mendukung gerakan tanam mangrove, digital farming, urban farming untuk beberapa komoditas pangan, dan pemberian bantuan greenhouse kepada kelompok tani. Kegiatan tanam mangrove dilakukan dengan turut serta mendukung program Pemprov Sulawesi Barat yaitu Gerakan Penanaman 1,25 juta pohon mangrove di Sulawesi Barat. Selanjutnya, untuk mendukung intensifikasi pertanian, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat juga memberikan dukungan berupa peralatan digital farming dan greenhouse kepada beberapa kelompok tani di Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju. Terakhir, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat turut membagikan lebih dari 20 ribu bibit cabai kepada masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan di Sulawesi Barat untuk ditanam pada lahan-lahan kosong di sekitar pekarangan rumah/kantor masing-masing.

Selain sebagai bentuk mendukung ketahanan ekonomi berbasis lingkungan, pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat hingga sampai saat ini juga merupakan wujud konkrit dari pelaksanaan visi Bank Indonesia di daerah yaitu menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kredibel dalam mendukung kebijakan Bank Indonesia dan berkontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Harapannya, dengan langkah-langkah yang telah diambil tersebut, perekonomian Sulawesi Barat dapat pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat setelah pandemi COVID-19 dan bencana gempa bumi. (*)

  • Bagikan