Penulis: Shalahuddin (Wakil Ketua I RAPI Daerah 34 Sulawesi Barat)
Sejak kehadirannya di Sulawesi Barat, organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI Daerah 34 terus berbenah. Tak hanya melakukan penataan organisasi, tapi juga melakukan penguatan-penguatan sumberdaya yang dimiliki. Demikian halnya dengan menyiapkan infrastruktur jaringan komunikasi dan informasi melalui teknologi radio komunikasi (rakom).
Kemudian pada perjalanannya, RAPI hadir tak sekedar sebagai “pengumpul” massa pegiat rakom. Namun turut berkontribusi memberi suplemen terhadap tumbuh kembang intellectual resource yang berhimpun di dalamnya.
Bukan tanpa alasan, perkembangan teknologi komunikasi yang kian pesat tak cukup untuk dipahami sistem operasinya. Sebab hal itu hanya pola prosedural kepemilikan perangkat. Namun menjadi kesadaran bersama bahwa dibutuhkan kemampuan substansial dalam ruang komunikasi yang strategis. Tentu hal ini bagian dari upaya mengokohkan diri sebagai bagian penting dari proses perkembangan teknologi dan peradaban manusia.
Satu langkah lain turut dilakukan tepat Sabtu (17/12) kemarin dua tahun atas keberadaannya di Sulawesi Barat diperingati, dua hari setelah hari lahirnya tanggal 15 Desember. Momentum sederhana tetapi penting bagi RAPI dan kehadirannya di tengah masyarakat. Pada peringatan tersebut dirangkaikan dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat.
Nota kesepahaman tersebut sebagai bentuk komitmen RAPI terhadap kolaborasi multipihak sebagai instrumen yang dapat dijalankan bersama dan dilakukan secara integratif. Bagi RAPI hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang membawa angin optimisme ditengah gerusan teknologi lebih mutakhir hari ini.
Tidak dapat dipungkiri teknologi yang diusung RAPI “nyaris” ketinggalan kereta di era digital 5.0. Namun pada situasi susceptibility dan vulnerability bencana menjadi evidence bahwa teknologi ini masih menjadi tumpuan.
Sehingga hemat penulis, tesis tentang kehadiran teknologi baru akan menggantikan keberadaan teknologi lama tak sepenuhnya tepat. Dalam berbagai kondisi hal tersebut justru hadir bersama untuk saling menopang. Sehingga penting untuk memahami bahwa kemunculan setiap perangkat teknologi khususnya berbasis komunikasi informasi senantiasa memiliki substansi keberadaannya masing-masing. Bukan saling mendistorsi peran apalagi hingga mengeliminasi dari ruang publik.
Meski kedepan memang menjadi pekerjaan utama pegiat rakom yang tergabung dalam RAPI adalah menyiapkan diri untuk menguatkan sumber daya yang telah ada. Proses meniti telah dilakukan setidaknya dua tahun terakhir melalui lembaga untuk membangun kepercayaan publik. Memasuki pintu tahun ketiga memang patut untuk masuk pada fase menata. Menata positioning bukan fokus terhadap diferensiasi.
Sementara prasyarat untuk membangun tatanan yang baik diantaranya adalah melalui pintu kolaborasi dengan multipihak. Sebab kehadiran sumber daya manusia dan infrastruktur komunikasi tak cukup berjalan sendiri. Dibutuhkan tangan lain yang bisa menjadi penopang dan pendamping dalam merancang gerak wacana, rencana hingga mampu terlaksana.
Jika diurai lebih panjang atas upaya kerjasama yang dibangun oleh RAPI bersama BPBD, hal ini merupakan komitmen bersama untuk mendorong teknologi tak hanya sebagai pendukung hobi harian. Tetapi mengusung gagasan tentang teknologi kemanusiaan.
Tentu sebagai bagaian dari rangkaian kelembagaan pada RAPI Daerah 34 Sulawesi Barat, penulis menanti lebih jauh para pihak yang menyadari arti penting kehadiran teknologi komunikasi dalam mengawal kehidupan sosial kita di wilayah Sulawesi Barat khususnya. Karena dipahami kawasan ini dalam catatan rangking peta kerawanan bencana, masuk pada posisi tertinggi. Hal ini tentu patut menjadi atensi. Sebab dalam masa krisis, koneksi adalah hal yang sanagt urgent agar memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan.
Kemudian yang kedua, pada sejumlah wilayah masih membutuhkan koneksitas yang baik pada infrastruktur teknologi komunikasi. Perangkat sederhana yang masih konsisten digunakan oleh kawan-kawan di RAPI tentu masih sangat bisa diandalkan untuk menunjang aktifitas pada berbagai sektor. Sebut saja pada aktifitas kedaruratan disektor kesehatan hingga kebutuhan sosial lainnya.
Namun sekali lagi, persepsi tentang peranan multipihak dalam menjembatani gagasan ini sangat dibutuhkan. Kemudian dalam konsep yang didorong tak cukup kolaborasi lembaga.
Tetapi juga dibutuhkan komitmen tentang kolaborasi teknologi. Mengapa? agar tak ada pihak yang merasa dilambung kiri perangkat teknologi dan otoritasnya dalam pelayanan keummatan. Sebab banyak hal konsep kolaborasi mengalami kebuntuan setelah ada pihak yang merasa didominasi ditengah kerapnya tudingan lapisan bawah kerjasama dibangun atas kepentingan finansial dan eksistensi personal hingga lembaga. (***)