Mata dunia fokus pada Indonesia setalah sukses menyelenggarakan Presidensi G20 di Bali belum lama ini. Event ini juga mencatat sejarah besar dengan lahirnya G20 Bali Leaders’ Declaration bagi pemulihan dunia.
Oleh: Muhammad Sholihin (Direktur Harian Radar Sulbar),
BALI — Sejarah besar dalam pelaksanaan Presidensi G20 ditutup dengan sesi penyerahan secara simbolis palu kepemimpinan Presidensi G20 dari Presiden RI Joko Widodo kepada Perdana Menteri India Narendra Modi dalam acara penutupan KTT G20 di Bali pada Rabu 16 November lalu. Agar moment spektakuler ini tidak menguap begitu saja, maka dilaksanakan diseminasi hasil Presidensi G20 di Pulau Dewata, tanggal 7 hingga 8 Desember 2022.
Kegiatan yang digawangi langsung Bank Indonesia ini mengundang stakeholder dari semua daerah dengan unsur pemerintah daerah, media massa, dan akademisi. Dari Sulawesi Barat, hadir langsung Sekprov Sulbar Muh Idris DP, saya selaku Direktur Harian Radar Sulbar serta Indra Basir perwakilan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar).
Hari pertama mengikuti diseminasi napak tilas G20, saya merasakan event ini memiliki aura yang sangat kuat dalam proses pencatatan sejarah besar dunia. Bahkan dari sesi diskusi yang digelar, tampak bahwa Presidensi G20 memiliki capaian besar bagi Indonesia sebagai tuan rumah.
Hadir sebagai pembicara sesi pertama antara lain, Wakil Kepala Sekretariat TF G20 Bank Indonesia, Iss Savitri Hafid, membahas terkait hasil capaian jalur keuangan dari sisi moneter. Kemudian Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim, BKF Kemenkeu, Dian Lestari, membahas tentang capaian pelaksanaan jalur keuangan serta diplomasi mencapai leader’s Declaration G20. Selanjutnya, Muhammad Hadianto dari Sekratariat Sherpa G20, membahas tentang komitmen strategis dalam isu prioritas Presidensi G20 dan rencana tindak lanjut.
Untuk sesi kedua, hadir sebagai pembicara antara lain, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof Hikmahanto Juwana, membahas tentang dampak Presidensi G20 bagi Indonesia di percaturan ekonomi-politik global. Kemudian dari unsur ekonom nasional hadir Fitrha Faisal Hastiadi membahas tentang dampak keberhasilan Presidensi G20 bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Terakhir, hadir Ida Bagus Agung Partha Adnyana, sebagai Ketua Bali Tourism Board, membahas tentang dampak G20 terhadap pemulihan pariwisata Bali.
Semua materi yang mereka sampaikan secara umum menunjukkan bahwa Indonesia mampu menjalankan tantangan dengan mengupayakan berbagai solusi terbaik selama satu tahun kepemimpinan di tengah berbagai krisis dan tantangan baru yang muncul. Meskipun sebelumnya muncul banyak pertanyaan, salah satunya, apakah G20 bisa dijalankan dengan apik?
Namun akhirnya, keraguan itu dijawab sempurna dengan rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia yang juga mampu memberi dampak positif untuk perekonomian nasional. Misalnya ditunjukkan dengan laju ekonomi nasional pada dua kuartal terakhir yang tumbuh impresif dan peningkatan PDRB pada sejumlah kota tempat penyelenggaraan G20.
Sayangnya, dalam keterbatasan ruang tulisan ini, saya tidak bisa mengulas semua materi narasumber dalam satu naskah, itu akan saya ulas dalam sesi selanjutnya. Pada edisi hari ini, ulasan akan difokuskan tentang Indonesia dapat apa dari event Presidensi G20.
Dari cuplikan materi Muhammad Hadianto, ada beberapa hal positif yang diperolah Indonesia selama pelaksanaan KTT G20. Antara lain, investasi USD 20 miliar untuk transisi energi bersih, mendapat dukungan dari Jepang, AS, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, Denmark, Norwegia, dan EU.
Keuntungan lainya adalah JETP dijalankan berdasarkan prinsip Bali Compact, melanjutkan kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM), Indonesia mendapat prioritas pertama pendanaan sebesar USD 500 juta dalam lingkup AZEC.
Sementara itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof Hikmahanto Juwana, menyebutkan sejumlah indikator tentang keberhasilan KTT G20. Antara lain, hampir semua kepala negara anggota dan kepala pemerintahan serta organisasi internasional hadir, selama pelaksanaan KTT G20 keamanan terkendali dan keselamatan kepala negara serta kepala pemerintahan terjamin, berbagai program dari tiga fokus tema yang diusung Indonesia “Recover Together, Recover Stronger” selama satu tahun berhasil disepakati sebagai terobosan bagi pertumbuhan perekonomian dunia.
“Prestasi besarnya adalah posisi Indonesia dalam percaturan ekonomi dan politik global saat ini sangat membanggakan. Ini tidak terlepas dari suksesnya pelaksanaan KTT G20,” kata Prof Hikmahanto Juwana. (*)