Andi Ruskati: Berikan Gizi Terbaik Kepada Anak Sejak 1000 HPK

  • Bagikan
Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal saat menyampaikan materi tentang percepatan penurunan stunting di Desa Tapua, Polman.

POLMAN, RADARSULBAR — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulbar bersama Mitra Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal menggelar kampanye percepatan penurunan stunting di Desa Tapua, Kecamatan Matangnga Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sabtu, 29 Oktober 2022.

Kegiatan ini dihadiri 140 orang masyarakat Desa Tapua dan sekitarnya. Hadir juga Kepala Desa Tapua, Akhmad.

Saat menjadi narasumber, Andi Ruskati mengatakan, pintu masuk terjadinya stunting akibat pernikahan dini. Karena dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini bisa berimbas keseluruh sektor. Seperti seringnya terjadi pertengkaran karena kondisi anak yang tidak labil, faktor ekonomi cenderung kekurangan karena pengalaman kerja yang masih minim dan lain-lain. 

Oleh sebab itu, untuk menghindari stunting, orang tua harus melarang anaknya menikah pada usia muda. Selain itu, 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) anak harus diperhatikan. Berikan gizi yang terbaik kepada anak pada masa 1000 HPK. Karena dimasa ni adalah penentu apakah anak terlahir stunting atau tidak.

“Kita harus melahirkan anak yang sehat, cerdas dan tidak stunting, agar ada generasi penerus yang hebat dari daerah kita. Oleh sebab itu, kita harus menjaga anak sejak dalam kandungan sampai dilahirkan selama 1000 HPK. Berikan makanan yang bergizi dan sehat kepada anak,” ujarnya.

Tak hanya itu, lanjut Andi Ruskati, untuk menghindari stunting, masyarakat juga harus menghindari 4T yaitu, terlalu muda melahirkan, terlalu tua melahirkan, terlalu banyak anak, dan terlalu dekat jarak kelahiran. Ini juga yang bisa mengakibatkan stunting kepada anak. 

Sebelum menikah atau di usia 18 tahun, calon ibu harus minum vitamin tambah darah minimal satu minggu sekali, supaya tidak kena anemia. Karena anemia salahsatu penyebab stunting.

“Kenapa stunting susah ditekan di Sulbar, karena masyarakatnya pabali-bali atau keras kepala. Masyarakat tidak mematuhi peraturan yang sudah dibikin oleh pemerintah. Oleh sebab itu, kita mengharapkan kesadaran orang tua untuk mentaati peraturan yang ada,” ujarnya.

Sub Koordinator Penggerakan, Advokasi dan KIE BKKBN Sulbar, Nasrullah, mengatakan, dampak stunting sangat tidak baik bagi masyarakat dan daerah. Oleh sebab itu, BKKBN Sulbar telah melakukan segala hal untuk menekan prevalensi stunting di Sulbar. Khusus untuk Desa Tapua, BKKBN Sulbar telah menempatkan tim pendamping keluarga, bidan desa, penyuluh KB dan P3K yang baru saja terangkat tahun 2022.

“Mudah-mudahan tim ini bisa membantu pemerintah Desa Tapua menjalankan program Bangga Kencana dan penanganan stunting di Desa. Selain itu BKKBN juga menyalurkan dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) di Kabupaten untuk melakukan sosialisasi ke masayarakat desa tentang stunting,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Kepala Desa Tapua Akhmad berharap, dengan adanya kegiatan kampanye percepatan penurunan stunting dapat merubah pola pikir masyakat terkait pentingnya pengasuhan 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). (ian)

  • Bagikan