MAMUJU, RADAR SULBAR — Fenomena La Nina diprediksi masih terus berlanjut hingga awal tahun 2023. Peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini sangat dibutuhkan, terutama di wilayah rentan bencana.
Laporan Stasiun Meteorologi Kelas II Tampa Padang, menyatakan, dari enam kabupaten di Sulbar, sebanyak 32 persen mengalami sifat hujan bulanan di atas normal, 38 persen sifat hujan normal dan 38 persen sifat hujan di bawah normal saat Fenomena La Nina.
Berdasarkan persentase, 79 persen tingginya Curah Hujan (CH) di Sulbar dipengaruhi Fenomena La Nina. Sedangkan 29 persen hujan terjadi karena situasi normal.
“Tahun 2020-2021, terjadi peningkatan CH Bulanan terhadap rata-ratanya sebesar 20 hingga 30 persen di Sulbar. Sedangkan, jumlah CH bulan Mei hingga September 2022 juga mengalami peningkatan 40 hingga 50 persen, Sebagian besar wilayah di Sulbar bersifat (AN) Atas Normal,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Tampa Padang, Agus, secara virtual, Selasa 11 Oktober.
Menurut Agus, fenomena tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. Termasuk menggunakan kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia sebagai salah satu indikator untuk menghitung kandungan uap air di atmosfer. Hal itu erat kaitannya dengan proses pembentukan awan.
“Jika suhu permukaan laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer,” jelasnya.
Ia mengaku, potensi CH dengan intensitas sedang hingga lebat dan dapat disertai kilat/petir dan angin kencang diperkirakan terjadi hingga 15 Oktober, mendatang, di sejumlah daerah di Sulbar.
“Pastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, musim hujan sudah dimulai di akhir tahun hingga awal tahun depan. Puncaknya diperkirakan periode Desember hingga Juni 2023.
“Hingga tiga dasarian ke depan diprediksi curah hujan berada pada kategori menengah hingga tinggi, terutama untuk wilayah Mamasa yang berada pada kategori tinggi dengan sifat hujan umumnya Atas Normal,” jelasnya.
Plt Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan menuturkan, pihaknya memang rutin menyampaikan prakiraan musim. Informasi tersebut diharapkan menjadi upaya mitigasi bagaimana kesiapan menghadapi setiap musim.
“Seperti sekarang ini kita menghadapi musim hujan. Diharap kita sudah bisa menyiapkan langkah-langkah antisipasi,” ungkapnya.
Dodo menambahkan, musim hujan identik dengan bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga memang mesti diantisipasi semaksimal mungkin.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulbar, Akmal Malik mengaku, setiap informasi yang dirilis BMKG harus dicermati, sehingga langkah antisipasi sudah bisa dilakukan sejak awal. Mulai, dari TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan pemkab se Sulbar.
“Kita harus berkolaborasi, karena itulah bisa menyelesaikan masalah,” tandasnya. (ajs)