MAMUJU, RADARSULBAR – Mamuju mengalami inflasi sebesar 1,08 persen, dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 113,26 persen pada Agustus menjadi 114,48 persen pada September 2022.
Pemicunya adalah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Kondisi tersebut dirasakan langsung oleh masyarakat, salah satunya pada sektor Pertanian.
Ketua Kelompok Tani Garuda, Najamuddin mengatakan, kenaikan harga BBM berdampak pada biaya produksi petani. Tarif sewa traktor naik dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 1,8 juta untuk setiap satu hektar lahan yang digarap.
“Belum lagi gagal panen akibat cuaca buruk. Kami harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan,” kata Najamuddin, Senin 3 Oktober 2022.
Biaya angkut juga ikut terseret, sebelumnya untuk satu karung padi menggunakan dompeng atau traktor biara angkutnya Rp 15 ribu, naik menjadi Rp 23 ribu.
“Pasti berpengaruh ke hasil panen, karena kami harus mengurangi produksi untuk menutupi biaya sewa yang naik. Apalagi saat ini pupuk juga susah didapat dan mahal,” ungkap Najamuddin.
Kepala BPS Sulbar Tina Wahyufitri mengatakan, pada September 2022 dari sebelas kelompok pengeluaran, delapan kelompok memberikan sumbangan inflasi, dua kelompok memngalami deflasi, dan satu kelompok tidak memberikan dampak terhadap inflasi di Mamuju.
Kelompok pengeluaran transportasi memberikan sumbangan inflasi terbesar, yakni 8,33 persen,imbas dari naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).