Oleh: Rahmat Hasanuddin
HARI minggu ini tanggal 25 September 2022 sekitar jam 06.00 pagi saya membaca di grup wa pejuang sebuah judul “Inna Lillaahi Wainna Ilaihi Raajiun”. Sebelum membaca lanjutannya sejujurnya saya was-was dan khawatir, siapa lagi yang meninggal ? Saya tak bisa menampik perasaan saya seraya berharap kiranya berita kematian itu bukanlah H.Kalman Bora, karena saya tahu beliau dalam keadaan sakit. Namun hati kecil dan kekhawatiran saya terbukti, dan tidak salah, karena ternyata yang dimaksud memang H. Kalman Bora. Sahabat saya itu telah meninggal pada jam 05.50.
Berita itu dikirim salah seorang anaknya, H.M. Bachtiar dan disebarluaskan oleh Muhsin Husain pada jam 05.60, sesaat setelah almarhum menghembuskan nafas terakhirnya.
Saya ke Mamuju tanggal 20 September 2022 selain untuk mengikuti Ulang Tahun Sulbar yang ke 18, juga berspekulasi untukbisa bertemu dengan H. Kalman Bora karena WA bersama Djamil Barambangi menginformasikan bahwa beliau sudah berangsur sehat dan sempat makan bersama dirumahnya. Tetapi setelah tiba di Mamuju dan menanyakan keadaan kesehatannya rupanya beliau kembali masuk rumah sakit lagi dan sudah pasti tidak bisa hadir dalam acara Ulang Tahun Sulawesi Barat. Namun berharap sehat kembali, saya lalu mengusulkan kepada Djunaidi Latif cs yang mewakili pejuang dari Balikpapan, bahwa Insya Allah kita akan membedah buku bographi H. Kalman Bora di Balikpapan sesudah ulang tahun Sulbar. Selanjutnya kepada penulis biographi H. Kalman Bora, Adi Arwan Alimin saya sampaikan bahwa bedah buku H. Kalman Bora akan diadakan di Balikpapan. Hal yang sama telah saya sampaikan kepada semua teman-teman usai bedah buku “Dari afdeling Mandar ke Provinsi Sulawesi Barat. Terakhir saya sampaikan kepada Mujirn M. Yamin bahwa kita semua harus siap ke Balikpapan untuk membedah buku salah seorang teman pejuang H. Kalman Bora.
Namun apa mau dikata, tiga hari setelah Ulang Tahun Sulbar, beliau sudah dipanggil oleh Penciptanya Inna Lillaahi wainna Ilaihi Raajiun. Beliau seorang tokoh pejuang yang ikhlas dan insya Allah meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
Sebagai sahabat yang telah menulis prolog dalam buku “Kalman Bora, Pengusaha Pejuang dari Borneo” saya telah menulis banyak hal tentang almarhum.
Saya bersyukur bahwa biographi tokoh ini bisa selesai dan tuntas sebelum beliau meninggal. Pada awal tahun lalu, Adi Arwan Alimin dan Syahrir Hamdani berhasil mengorek sumber-sumber informasi dari almarhum yang sesungguhnya sangat rendah hati dan low profil.
Lebih dari itu, beliau adalah pribadi yang sangat tulus, santun dan tidak banyak bicara. Beliau adalah pribadi malaqbiq dalam arti yang sesunguhnya. Bagi saya, beliau adalah sahabat yang setia dan sangat mencintai tanah kelahirannya, Mandar Sulawesi Barat. Selamat Jalan Sahabatku. (*)