JAKARTA, RADARSULBAR – Penggunaan media sosial (medsos) yang tidak bijak akan berbuntut panjang. Terlebih ketika menyambut momentum tahun politik.
Medsos selama ini sudah menjadi ruang untuk bersosialisasi dan berinteraksi.
Ironisnya, banyak pelaku medsos membangun opini yang ke arah permusuhan dan perpecahan.
Sayangnya, ruang ini justru berubah menjadi lingkungan yang seakan tanpa norma dan etika.
Ajang eksistensi diri yang berlebihan dari aktivitas pendek berupa gerakan jari.
Bahkan, viral pun dianggap tujuan utama walaupun tampak tak bermoral.
Aktivis Medsos Enda Nasution mengungkapkan, krisis kesantunan waragnet di dunia maya kini menjadi fenomena di tengah kemajuan teknologi informasi.
Ia menilai, percepatan literasi digital menjadi salah satu solusi efektif, guna meringankan penyakit kronis netizen yang tak kunjung reda.
“Harus ada program-program yang lebih sistematis dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang literasi digital, tentang bijak bermedia sosial dan tentang dampak dari penggunaan media sosial yang kebablasan,” ujar Enda.
Dia melanjutkan, krisis kesantunan sejatinya sudah bukan hal baru di media sosial dalam negeri.
Ia memprediksi, fenomena ini akan terus melekat dan menjadi bagian dari dinamika media sosial.
“Ini memang sesuatu yang tidak akan hilang dari kehidupan kita selamanya. Hal ini sama seperti kehidupan nyata, akan selalu ada peristiwa-peristiwa atau insiden-insiden yang memperlihatkan adanya kekerasan verbal atau kekerasan fisik,” tutur Enda.
Namun demikian, Koordinator Gerakan #BijakBersosmed ini mengatakan, hal tersebut tidak boleh semata-mata membuat seluruh pihak menutup mata bahwa fenomena tersebut memang berbahaya dan perlu diawasi.