Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022, Target 80 persen, Capaian Hanya 20 Persen

  • Bagikan
IMUNISASI. Petugas kesehatan dari Puskesmas Ulumanda Majene melakukan imunisasi campak rubella beberapa waktu lalu.--ist--

MAJENE, RADARSULBAR – Sejak Mei 2022, pemerintah menggalakan imunisasi campak rubella di seluruh daerah di Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar generasi muda terbebas dari berbagai penyakit.

Program yang dijalankan dalam Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 itu pun serentak digelar. Tak terkeciali di wilayah Kabupaten Majene, imunisasi campak rubella terus digenjot agar target 80 persen bisa tercapai.

Namun sayang, tidak semua daerah dapat melaksanakan target tersebut. Di wilayah Puskesmas Ulumanda misalnya, capaian imunisasi campak rubella terbilang masih sangat rendah.

Kepala Puskesmas Ulumanda Asri mengatakan saat ini capaian imunisasi di wilayah kerjanya hanya sekira 20 persen. “Saat ini kami upayakan untuk menggenjot, agar capian itu bisa meningkatkan,” ujarnya, Kamis 8 September saat dikonfirmasi.

Untuk mengejar target, Asri mengaku hari Minggu mengerahan tim untuk naik lagi ke wilayah pegunungan yang merupakan area kerjanya dalam melakukan imunisasi. Itu agar capaian imunisasi bisa tercapai minimal sampai 40 persen.

Menurutnya, kendala yang dihadapi sehingga capaian imunisasi masih rendah adalah faktor lingkungan dan cuaca. “Kalau hujan susah lagi naiknya, karena jalan kesana sangat rusak. Selain itu, yang menjadi kendala perbaikan jalan. Kalau hari Senin hingga Jumat (jalanan) tertutup,” paparnya.

Sehingga, hanya pada Sabtu dan Minggu pihaknya dapat menembus. Sementara, hari Minggu sekolah tertutup. Sementara pada Sabtu, kami berangkat pukul 08.00 wita, tiba di sekolah sasaran pada pukul 12.00 wita. Sekolah sudah tertutup, sehingga kita tidak bisa berbuat banyak,” ucapnya.

Ada lima desa yang ditangani Puskesmas Ulumanda. Empat desa di pegunungan yaitu Desa Ulumanda, Pupenga, Tandeallo dan Panggalo. Sementara, desa di wilayah kota kecamatan yaitu Desa Kabiraan.

“Bila kita ingin naik ke desa terjauh, harus menggunakan (mobil) hardtop dengan biaya tinggi. Sewa mobil satu unit hardtop mencapai Rp 1 juta per hari. Kalau menginap hingga tiga hari, pasti tambah tinggi lagi,” keluhnya.

Ia berkilah, bukannya Puskesmas Ulumanda lepas dari tanggung jawab. “Olehnya, kami saat ini masih berjuang agar imunisasi campak rubella bisa meningkat. Masih ada 10 hari untuk meningkatkan capaian,” ungkapnya.

Belum lagi, bebernya, bila tiba di sekolah ada saja anak-anak yang lari karena mengira vaksin korona. “Kami minta bantuan pihak sekolah dan pemerintah desa untuk mendampingi agar anak-anak tidak lari,” urainya.

Disebutkannya, ada dua dusun di Desa Ulumanda yang warganya sama sekali tidak mau diimunisasi. Alasannya, ada pemahaman yang tak sejalan. “Di dua dusun itu seperti di Aceh, anak-anaknya dilarang untuk diimunisasi,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Majene dr Rahmat Malik mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan capaian imunisasi. Seperti sosialisasi dan edukasi. Namun itu tidak juga berhasil.

dr Rahmat menyebut, di wilayah tersebut ada pemahaman bahwa vaksin itu haram. Selain itu, yang menjadi kendala utama adalah jangkauan yang ditempuh petugas kesehatan.

“Akses jalan juga sangat tidak mendukung. Kadang kita sudah berada di tempat, tetapi masyarakat pergi karena mereka anggap imunisasi ini sama dengan vaksin korona, sehingga mereka menghindar,” ujarnya.

Berbagai upaya telah dilakukan seperti kerjasama lintas sektor. Namun belum lancar. “Jadi bukan hanya imunisasi BIAN yang rendah, imunisasi lainnya juga. Dari dulu di Kecamatan Ulumanda imunisasi tak mencapai target,” pungkasnya.

Wakil Bupati Majene Arismunandar menuturkan rendahnya capaian imunisasi BIAN di Puskesmas Ulumanda karena faktor alam. “Evaluasi telah kita lakukan. Kami juga sudah tinjau kemarin. Olehnya, kita akan lakukan rapat. Agar capaian imunisasi di Kecamatan Ulumanda bisa tercapai nantinya,” singkatnya. (rur/dir)

  • Bagikan