Sebulan Kematian Pasutri di Aralle, Polisi Belum Berhasil Ungkap Pelaku Pembunuhan

  • Bagikan
UNJUK RASA. Keluarga dan kerabat korban pembunuhan di Kelurahan Aralle Kabupaten Mamasa mengelar aksi unjuk rasa memblokade jalan nasional Poros Mamuju-Mamasa mendesak kepolisian mengungkap kasus pembunuhan tersebut, Selasa 6 September 2022.--Zul Fadli/Radar Sulbar--

MAMASA, RADARSULBAR – Sudah 30 hari pasca peristiwa berdarah yang menewaskan pasangan suami istri (Pasutri), Porepadang (54) dan Sabriani (50) di Lingkungan Leune Kelurahan Aralle Kecamatan Aralle Kabupaten Mamasa.

Polres Mamasa hingga saat ini belum berhasil mengungkap siapa pelaku pembunuhan Pasutri di Kelurahan Aralle tersebut.

Karena kecewa kinerja polisi dalam mengungkap kasus ini, ratusan keluarga dan kerabat korban pembunuhan Pasutri ini lakukan aksi unjuk rasa, Selasa 6 September 2022.

Aksi ini dilakukan dalam rangka peringatan 30 hari kasus pembunuhan Pasutri tersebut dimana belum adanya penetapan tersangka.

Peristiwa berdarah ini masih terus menjadi misteri karena kepolisian belum berhasil mengungkap pelakuknya.

Ini menjadi tanda tanya bagi keluarga dan kerabat korban karena sudah sebulan belum terungkap.

Keluarga dan kerabatnya melakukan aksi unjuk rasa di depan rumah korban di Kelurahan Aralle, Selasa 6 September 2022.

Ratusan keluarga serta kerabat turun ke jalan. Dari kalangan mahasiswa dan pemuda serta tokoh masyarakat juga turut serta dan secara bergantian menyampaikan aspirasi. Dalam aksi ini mereka memblokade jalan Trans Nasional Mamuju-Mamasa dengan membakar ban di tengah jalan.

Darius Toding, adik kandung korban, mengatakan hingga sebulan usai peristiwa itu, belum ada kejelasan dari kepolisian siapa pelaku pembunuhan sadis itu. Ia mengaku informasi yang diterima dari kepolisian bahwa kasus ini masih tahap penyidikan. Namun sayangnya karena pelaku pembunuhan tersebut belum juga ditangkap.

“Kami pihak keluarga merasa resah dan trauma, atas efek yang ditimbulkan kasus ini,” terang Darius, Selasa 6 September 2022.

Ia pun meminta agar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, agar membantu Polda Sulbar dan Polres Mamasa, mengungkap kasus ini.

“Jangan biarkan pelaku berkeliaran, bahkan mengancam kehidupan masyarakat,” katanya.

Ia menegaskan, jika dalam dua hari ke depan kasus ini belum menemukan titik terang, maka pihaknya akan melakukan aksi yang lebih besar.

“Ke mana pun, kami akan mempertanyakan kasus ini,” tegasnya.

Dalam aksi ini salah satu anak korban, Amanda membacakan pesan meminta keadilan kepada Presiden RI Joko Widodo. Amanda berharap pelaku dapat menanggung hukuman setimpal dari perbuatannya. Namum realita tak sebanding dengan yang dia harapkan. Polisi belum bisa menentukan siapa pelaku pembunuhan sadis itu.

Sementara Kapolres Mamasa, AKBP Harry Andreas menanggapi aksi unjuk rasa tersebut mengatakan, pihaknya mengerti dan memahami perasaan keluarga korban. Ia meyakini bahwa aksi dilakukan keluarga korban sebagai bentuk dukungan terhadap kepolisian untuk bekerja keras mengungkap kasus tersebut.

Ia mengungkapkan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin mengungkap kasus tersebut secepatnya.

AKBP Harry Andreas mengatakan penyedik kepolisian sudah melakukan upaya penyidikan dan pengumpulan alat bukti. Bahkan Polres Mamasa mendapat backup dari Polda Sulbar, Polda Sulsel dan Mabes Polri.

“Kami sudah mengupayakan semaksimal mungkin mengungkap kasus ini, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,” ujar Kapolres Mamasa.

Hingga saat ini kata dia kepolisian masih melakukan pengumpulan bukti.

“Kami masih mengumpulkan alat bukti. Jika ditemukan dua alat bukti yang sah, maka akan kami tentukan tersangkanya,” tambahnya.

Sebelumnya pembunuhan Pasutri Porepadang dan Sabriani ini terjadi Minggu 7 Agustus lalu. Korban ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dengan sejumlah luka pada bagian kepala di rumahnya sendiri. Korban pertama kali ditemukan anaknya bernama Amanda (20), sekitar pukul 07.00 Wita pagi.

Saat itu, Amanda bangun dari tidurnya karena mendengar suara adiknya bernama Marvel (14) mengalami sesak dan mengeluarkan suara kesakitan. Amanda mendatangi kamar belakang rumahnya, dan mendapati kedua orang tuanya sudah dalam keadaan berlumur darah. Sementara adiknya Marvel berada diantara kedua orang tuanya. Karena kritis, Marvel dirujuk ke RS Bhayangkara Kabupaten Mamuju. Kemudian dirujuk kembali ke salah satu rumah sakit di Kota Makassar. (zul/mkb)

  • Bagikan