SANDEQ Nur Amanah berhasil menjadi juara umum Festival Sandeq 2022 dengan mengumpulkan poin paling sedikit, setelah melewati empat etape dari Tanjung Silopo Polewali hingga Mamuju. Selanjutnya 35 Sandeq menuju Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Laporan: Adhe Junaedi Sholat, Mamuju
Luar biasa. Itulah sepenggal ucapan riuh, diiringi sorak haru dan tepuk tangan dari penonton sesaat sandeq yang dilombakan tiba di Mamuju. Hampir di sepanjang Jl Arteri, tak ada lagi area yang kosong. Sandeq menjadi hal paling ditunggu-tunggu masyarakat Mamuju.
Mereka rela berpanas-panasan di pinggir pantai menunggu jagoannya tiba. Ada beberapa Sandeq yang telah menjadi idola masyarakat Mamuju, di antaranya Cahaya Mandar, Cahaya Sulbar, Nur Amanah, Merpati Putih, Sinar Banggae dan Cahaya Reski 1.
Tepat pukul 14.30 Wita, tampak dari kejauhan empat Sandeq menjadi terdepan, yakni Cahaya Sulbar, Cahaya Mandar, Sinar Banggae dan Nur Amanah. Sandeq-sandeq ini memimpin di antara sandeq lain.
Sebenarnya, sejak meninggalkan Pantai Deking, Malunda, Jumat 2 September, sandeq-sandeq dijadwalkan bisa tiba lebih cepat. Namun, sejak di perairan Malunda, hingga perairan Tanjung Ngalo, Passandeq menemui kendala. Arah angin tidak memihak mereka. Passandeq dengan terpaksa harus melawan angin. Kabar itu disampaikan panitia lewat sumber suara di panggung utama.
Agar bisa tetap melewati perairan itu, berbagai teknik pun dilakukan. Sebut saja, Teknik Makkarakaji. Teknik ini kerap digunakan para sawi jika menemui arah angin yang berlawanan. Dengan cara seperti ini, sawi mengarahkan jalur Sandeq dengan cara zig-zag. Terbukti, meski membutuhkan waktu lama, Passandeq bisa mengatasi kendala itu. Itu artinya pula, menahkodai Sandeq tidak hanya butuh fisik dan mental prima, tetapi kecerdikan dalam mengambil setiap keputusan.
Hingga akhirnya, Sandeq Cahaya Mandar menjadi yang tercepat di etape Deking-Mamuju. Cahaya Mandar kembali menunjukkan taringnya, setelah sempat mengalami kecelakaan di etape Banggae-Palipi. Meski demikian, juara di etap terakhir tidak lantas membuat sandeq asal Desa Pambusuang, itu, bisa meraih juara umum. Seperti yang pernah diraih di event Sandeq terakhir tahun 2019, lalu.
Sedangkan Sandeq Nur Amanah, dinobatkan sebagai juara umum Festival Sandeq 2022. Sandeq asal Kabupaten Majene, itu, mengumpulkan akumulasi poin 14.
“Kuncinya bagaimana tetap menjaga stamina. Kalau capek, sudah pasti konsentrasi terganggu. Kalau sudah terganggu tentu kita tidak fokus hitung arah angin,” kata Punggawa Sandeq Nur Amanah, Baharuddin, saat diwawancarai usai menyandarkan sandeqnya di Pantai Mamuju, Sabtu 3 Agustus.
Rasa rendah hati para Passandeq juga menjadi bagian tak terpisahkan. Penulis bahkan terkagum-kagum ketika mendengar penjelasan para Passandeq Nur Amanah. Meski telah dinobatkan sebagai juara umum. Namun, tak satu pun dari mereka merasa jago sendiri. Mereka tetap kekeh bahwa pencapaiannya itu, adalah pencapaian bersama 35 Sandeq. Tidak ada kalah, tidak ada menang.
“Kami juara umum bukan kita bangga. Kita juara umum karena teman-teman, para pasandeq semua. Jadi tidak usah membanggakan diri. Mungkin tahun ini kami punya rezeki, tapi tahun depan belum tentu,” ujar Baharuddin.
Saling salip terjadi di etape terakhir ini. Hingga menjelang finish, tak satu pun yang bisa diprediksi siapa yang berhasil menjuarai etape ini. Karena itu pula, sebagai etape penutup, Passandeq menyajikan pertunjukan luar biasa.
“Tidak ada bedanya ini sandeq (yang dipakai) dengan sandeq-sandeq lain. Cuman tekniknya beda. Kita tetap fokus agar bagaimana Sandeq ini tidak rusak. Kalau rusak tentu fatal. Paling sulit etapenya, di Silopo-Majene dan Malunda-Mamuju,” jelasnya.
Baharuddin mengaku, etape terakhir ini para Passandeq harus berjibaku melawan angin. Bahkan, tak sedikit Sandeq terpaksa berputar-putar karena arah angin yang tak memihak.
“Biasanya angin timur, tapi kami hantam angin barat daya. Segala teknik dilakukan untuk bagaimana mendapatkan angin,” ujarnya.
Punggawa Cahaya Mandar, Tamleha mengaku mengalami kendala teknis saat melintas di jalur neraka Banggae-Palipi. Baratang cadik (bagian Sandeq) Cahaya Mandar patah saat melintas di jalur tersebut.
“Seandainya tidak patah baratang, mungkin kami bisa juara umum. Itu Nur Amanah, tidak pernah menang dari sandeq kami. Cuman di jalur Majene itu, kami kehilangan poin,” ujar Tamleha.
Baratang Cahaya Mandar patah, diakui Tamleha, karena kayunya belum diganti. Hal itu lantaran, timnya tidak mengira bahwa tahun ini akan ada Sandeq. “Kayunya mungkin yang lapuk karena tidak diganti, karena kami pikir tidak ada lomba,” ungkapnya.
Kalau mau dirunut, sebenarnya ada banyak hal menarik yang dihadapi Passandeq di setiap etape, Festival Sandeq 2022. Sebut saja, yang dialami Sandeq Cendrawasih. Di etape Palipi-Deking, sandeq asal Majene itu, harus start belakangan karena layarnya tak bisa terkembang.
“Bendera tersangkut di lubang tali layar. Sehingga, layar tidak bisa dikembangkan. Terpaksa harus ditarik ke darat lagi untuk diperbaiki. Ada satu jam diperbaiki,” sebut Punggawa Sandeq Cendrawasih, Pua’ Idrus.
Untung saja, lanjut dia, ada warga di sana yang berani memanjat tinga layar untuk memperbaiki bendera yang tersangkut di lubang layar. Setelah diperbaiki sekira sejam lamanya, sandeq-nya itu melesat menyusul sandeq lain.
“Kita start saat sudah tidak dilihat lagi sandeq lain. Tapi bisa kita susul lainnya, meski hanya satu sandeq,” sebutnya, sambil tertawa.
Selanjutnya, 35 sandeq akan bertolak ke Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), dengan terlebih dulu singgah di Pulau Ambo dan Pulau Salissingan, Kecamatan Kepulauan Balabalakanag.
Di Balikpapan, tepatnya di Pantai Manggar, para Passandeq kembali akan berlaga. Mereka bakal mengikuti lomba segitiga, sebagai rangkaian Festival Sandeq 2022. (*)