JAKARTA, RADARSULBAR – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk tertinggi di antara negara G20 dan ASEAN.
Menurutnya, capaian tersebut berkat pemulihan ekonomi triwulan kedua tahun 2022 yang tumbuh mengesankan, yaitu 5,44 persen. Nilai tersebut diperoleh ketika negara-negara lain mengalami pertumbuhan menurun.
“Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia ini termasuk yang tertinggi di G20 dan ASEAN di mana banyak negara-negara maju dan negara emerging pada kuartal II justru mengalami revisi pertumbuhan menurun akibat tekanan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa 30 Agustus 2022.
Ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh pemulihan domestik dari konsumsi yang melaju kencang. Hal ini dipicu pulihnya mobilitas masyarakat disertai daya beli, terutama kelompok menengah atas yang diaktualisasikan.
Selain itu, bendahara negara ini juga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh ekspor tinggi akibat harga dan permintaan komoditas yang menguat. Oleh sebab itu, Sri Mulyani menyebut bahwa kinerja pertumbuhan inilah yang memberi landasan optimisme bagi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023.
“Namun kita harus tetap menjaga kewaspadaan tinggi karena awan tebal dan gelap dalam bentuk inflasi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas, dan pelemahan ekonomi di negara-negara maju dan ketegangan geopolitik mulai melanda perekonomian Eropa, Amerika Serikat, dan RRT,” jelasnya.
Di sisi lain, dia juga menilai inflasi Indonesia dikategorikan lebih baik mencapai 4,9 persen pada Juli 2022. Bahkan paling rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara G20, seperti Turki dan Argentina yang bahkan mencapai 79,6 persen dan 71 persen.
“Brasil, Meksiko, dan India yang merupakan negara emerging di G20 juga mengalami kenaikan inflasi yang cukup tinggi yaitu masing-masing 10,1 persen, 8, 2 persen, dan 6,7 persen,” pungkasnya. (jpg)