POLEWALI RADARSULBAR – Perempuan asal Campalagian, Kabupaten Polman, Rahmaniah, menyelesaikan pendidikan doktor (S3) di Unhas Makassar dengan riset tentang Kakao.Rahmaniah sejak strata-1 (S-1), hingga S-3 terus konsisten meneliti pengembangan kakao.
“Alhamdulillah atas doa dan dukungan orang tua, para dosen di Unhas, pimpinan dan rekan sejawat dosen di Unsulbar, saya bisa menuntaskan perjuangan ini,” kata Dr. Rahmaniah dengan suara terharu, Minggu 28 Agustus 2022.
Ujian akhir disertasi Rahmaniah berlangsung Jumat, 26 Agustus 2022 di kampus Unhas, Tamalanrea, Makassar.
Pada ujian akhir tersebut, Rahmaniah mampu menjelaskan dengan baik disertasinya yang berjudul ‘Model Pasar inklusif dalam pengembangan kakao berkelanjutan di Kabupaten Polewali Mandar’.
Dalam disertasinya ini, Dr. Rahmaniah memaparkan hasil risetnya tentang tantangan peningkatan kesejahteraan para petani kakao di Polewali Mandar. Salah satunya adalah para petani belum mendapatkan harga jual maksimal buah kakao.
Dr. Rahmaniah menyampaikan gagasan bahwa untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui model pasar inklusif yang secara konkret adalah dengan mendekatkan petani ke pasar.Ia menegaskan, bila petani kakao dapat mengakses pasar lebih mudah, lebih dekat, maka harga kakao yang diharapkan maksimal dapat tercapai.
“Koperasi petani menjadi solusi untuk memperjuangkan kesejahteraan petani, selain soal harga kakao yang lebih kompetitif, dengan berhimpun di dalam wadah koperasi, petani akan lebih memiliki daya tawar ke industri,” jelas Dr. Rahmaniah yang meraih nilai IPK 3,95.
Lebih lanjut, Dr. Rahmaniah yang sudah belasan tahun melakukan riset tentang perkebunan Kakao menjelaskan, dalam disertasinya ini, Ia juga membahas tentang aspek sosial yakni mencegah diskriminasi gender di desa dengan pemberdayaan perempuan lebih partisipatif.
“Kakao di Polewali Mandar dengan luas lahan 48,929.50 itu telah mampu mencapai produksi 36,451.62 ton, dengan jumlah petani 46,554 kepala keluarga. Ini potensi yang besar untuk terus dikembangkan salah satunya dengan model pasar inklusif itu,” ungkap doktor alumni SMA 1 Campalagian tersebut. (mkb/jaf)