POLEWALI, RADAR SULBAR –Salah seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Lagi-agi Kecamatan Campalagian, Polman, Sulawesi Barat, Wahyuni akhirnya lepas dari Kekangan pekerjaan selama di Arab Saudi.
Kedatangan Wahyuni disambut isak tangis keluarganya yang telah menunggu kepulangannya.
Ia mengaku di awal pemberangkatannya sebagai PMI ke Arab Saudi tanpa adanya perjanjian kerja dengan perusahaan yang memberangkatkannya. Namun dengan terpaksa harus berangkat atas imingan gaji 1200 real atau senilai Rp.4 juta perbulan.
“Namun yang diterima hanya 120 real saja,” bebernya.
Selain gaji rendah, kerjanya pun tak manusiawi, “Kerja sampai subuh dan istirahat cuma dua jam dalam sehari sampai saya jatuh sakit dan masuk ke RS disana,” jelas Wahyuni.
Memang tidak ada perlakuan kasar dari majikannya itu, hanya saja pekerjaan tak seimbang dengan waktu istirahat yang diberikan. Bahkan ketika ia sakit, harus berobat menggunakan biaya pribadi. Atas dasar itu, Wahyuni berterima kasih kepada Gabungan Aliansi Rakyat Daerah Buruh Migran Indonesia (Garda BMI) yang telah memfasilitasi pemulangannya sehingga ia dapat kembali berkumpul dengan keluarganya dan lepas dari beratnya pekerjaan selama di Arab Saudi.
“Tanpa BMI saya tidak akan bisa pulang ke tanah air, saya sangat bersyukur bisa pulang,” ujar Wahyuni, Sabtu 25 Juni 2022.
Selain Wahyuni, ada sembilan orang lainnya yang pemulangannya difasilitasi oleh Garda BMI.
Diketahui, Ketua DPC PKB Polman Amiruddin mengatakan, ia bersama dengan BMI Sulbar dan Polman langsung berangkat ke Makassar setelah mendapatkan adanya informasi dari BMI Sulsel setelah mendapat adanya PMI Polman yang dipulangkan BMI pusat, “kemarin malam (Jumat 24 Juni) kami bersama BMI Sulsel menjemput salah satu warga Polman yang dipulangkan dari Arab Saudi, pemulangan PMI ini berawal dari informasi BMI Banten yang berkomunikasi dengan BMI Sulsel sehingga kita juga ikut menjemput,” jelasnya.
“Kita pulangkan tanpa biaya sepeserpun, kami berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi.
Ia juga meminta agar masyarakat tidak mudah percaya iming-iming calo dan kalaupun harus berangkat harus memastikan perusahaannya dengan jelas apakah punya legalitas atau tidak,”tambahnya. (arf/jaf)