MAMUJU, RADARSULBAR — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar seminar remaja tingkat Sulbar di Ballroom Grand Maleo Hotel Mamuju, Rabu 22 Juni 2022.
Temanya “Remaja Genre cegah stunting melalui edukasi Kesehatan Reproduksi (Kespro) dan gizi remaja sebagai investasi generasi berkualitas”.
Persertanya sebanyak 297 orang remaja. Terdiri dari 200 orang remaja yang masih bersekolah maupun yang putus sekolah. Serta, sebanyak 97 orang remaja peserta Adujak tingkat Sulbar 2022.
Kepala BKKBN Sulbar Nuryamin mengatakan, untuk mewujudkan SDM yang sehat, cerdas, dan produktif, serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, dilakukan percepatan penurunan stunting.
Percepatan penurunan stunting harus dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara Kementerian atau Lembaga, Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten atau Kota, Pemerintah Desa atau Kelurahan, dan pemangku kepentingan.
“Percepatan penurunan stunting juga merupakan upaya yang mencakup intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang dilaksanakan secara konvergen, holistik, integratif, dan berkualitas melalui kerjasama multisektor di Pusat, Daerah, dan Desa/Kelurahan,” ujarnya.
Dijelaskan bahwa, stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak- anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
“Stunting berpengaruh pada rendahnya kualitas SDM, seperti, rendahnya kemampuan kognitif, meningkatnya risiko penyakit tidak menular, dan kondisi stunting pada usia dewasa. Oleh karena itu, stunting merupakan masalah dalam upaya peningkatan kualitas SDM untuk memanfaatkan jendela peluang di tahun 2030-2040 menjadi Bonus Demografi yang memerlukan penduduk usia produktif yang berkualitas,” ujarnya.
Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting di atas standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019, angka prevalensinya mencapai 27,67 persen. Dalam perkembangan terakhir, angkanya menurun menjadi 24,4 persen menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), 2021.
“Percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. Angka prevalensinya ditargetkan dapat duturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024,” paparnya.
Melalui Perpres Nomor 72 tahun 2021, lanjut Nuryamin, upaya percepatan penurunan stunting dilakukan dengan menutup setiap celah potensi risiko yang dapat mengakibatkan anak lahir stunting.
Mulai dari Fase Remaja, Fase Catin/Calon PUS, Fase Hamil, dan Fase Pasca persalinan hingga bayi berusia 59 bulan. Pencegahan pada Fase Remaja dan Fase Catin/Calon PUS ini yang dinamakan pencegahan stunting dari hulu karena dimulai sebelum terjadinya pernikahan dan konsepsi. Upaya yang dilakukan di Fase Remaja dengan edukasi kesehatan reproduksi, gizi, dan penyiapan kehidupan berkeluarga.
“Di fase ini setiap remaja dipastikan ketercukupan kebutuhan gizinya, dipastikan tidak terburu-buru ingin menikah, dan dipastikan tidak melakukan perilaku berisiko yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan di usia muda. Di fase ini juga kepada remaja perempuan diberikan akses terhadap suplemen tambah darah untuk mencegah anemia. Sedangkan remaja laki-laki diberikan akses terhadap suplemen zink untuk menjamin kualitas sperma kelak ketika sudah menjadi pasangan,” ujarnya.
Nuryamin menambahkan, awal tahun 2020, BKKBN hadir dengan cara-cara baru yang selalu relevan dengan kelompok sasaran generasi yang selalu dinamis dan berubah sesuai dinamika zaman. Salah satu target group BKKBN saat ini adalah para Milenial dan Generasi Z dengan diiringi dengan pendekatan, strategi, dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan yang selalu relevan dengan kebutuhan dan gaya hidup generasi Milenial dan Generasi Z.
Sebagai upaya dalam meningkatkan promosi dan pemahaman program GenRe, khususnya melalui pengembangan PIK Remaja sebagai sebuah wadah pelayanan informasi dan konseling, maka diperlukan figur motivator dari kalangan remaja. Figur motivator inilah yang akan menjadi wakil atau Duta GenRe.
“Dengan adanya duta Genre, sosialisasi dan promosi program Genre dilingkungan remaja akan lebih efektif karena komunikasi yang terjalin dilakukan dengan pendekatan dari, oleh dan untuk remaja sehingga menjadi ramah remaja. Disamping itu, dilingkungan remaja secara umum, icon Duta Genre dirasa memberi nilai lebih dalam sosialisasi dan promosi program Genre,” tambahnya.
Selain melalui Duta Genre dan Jambore Ajang Kreativitas Genre, salah satu media pengembangan kapasitas bagi para remaja di Sulbar, yaitu melaksanakan kegiatan seminar remaja seperti pada hari ini bertujuan untuk memupuk kebersamaan, semangat para remaja baik yang masih menempuh pendidikan maupun yang putus sekolah serta sebagai wadah mendapatkan informasi dari tenaga ahli sebagai salah satu intervensi yang dilakukan khususnya terkait dengan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Gizi Remaja dalam rangka pencegahan stunting di Sulbar.
“Seminar remaja Remaja Genre Cegah Stunting sebagai rangkaian kegiatan dalam memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 pada tanggal 29 Juni 2022 , tutupnya. (ian)