Senyum dan Ramah, Mesin PAD Sulbar ke Depan

  • Bagikan
BERPOSE. Pj Gubernur Sulbar Akmal Malik foto bersama dengan protokoler Pemprov Sulbar saat berkunjung di Wisata Karampuang, belum lama ini,--dok Humas Pemprov Sulbar--

Dari sekian banyak rencana PJ Gubernur Akmal, di Sulbar, ada satu yang menarik. Yaitu membentuk tim untuk tersenyum dan bersikap ramah. Program ini sederhana dan tentunya minim anggaran.

Laporan Imran Jafar, Sulawesi Barat

Sudah dua pekan provinsi ke 33 ini di bawah kendali pamong Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Adalah Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Akmal Malik. Pejabat senior kelahiran Sumatera Barat ini dilantik sejak 12 Mei 2022 lalu sebagai Penjabat Gubernur Sulbar. Ia diplot menggantikan Ali Baal Masdar yang masa baktinya berakhir.

Tiba di Sulbar, Akmal tancap gas. Ia bergerilya, mensosialisasikan program andalannya di berbagai sudut-sudut kabupaten. Mulai dari Program Data Desa Presisi sampai upaya membuka jalur penerbangan langsung dari Jakarta ke Mamuju, maupun sebaliknya. Di tengah kesibukan itu, ia juga bolak-balik Tampa Padang – Cengkareng, memperkenalkan lagi Sulbar di pentas nasional. Mengunjungi KPK, Kemenpora, Kantor Sriwijaya, Senayan, dst.

Namun dari sekian banyak rencana Akmal itu, ada satu yang menarik. Sederhana dan tentunya minim anggaran. Adalah merekrut orang untuk senyum dan ramah. Mereka dilatih khusus, dipersiapkan menjadi garda terdepan menjemput setiap tamu dari luar daerah. Itu berangkat dari keinginan besar membuat setiap tamu luar daerah terkesan dengan provinsi ke 33 di Indonesia ini.

“Buatlah orang terkesan dan mengenang Sulbar,” ujar Akmal Malik melalui sambutan saat kunjungan ke Kabupaten Mamasa belum lama ini.

Di Nusa Tenggara Timur, terdapat satu wisata yang membuat Akmal terkesan, yakni Wisata Wae Rebo, itu dikarenakan keramahan serta senyum para pelayan yang ada di wisata itu. Menurutnya Sulbar juga bisa terus dikenang dan membuat orang selalu ingin berkunjung.

Dijelaskan, Sulbar memiliki banyak potensi. namun tidak cukup dengan kondisi APBD yang terbatas. Sehingga ia mengatakan kepada setiap OPD tak perlu menuntut dari APBD untuk melakukan optimalisasi PAD sebab ada lebih murah, yaitu menjual ‘Keramahan dan Senyum’ untuk mengubah Sulbar lebih maju ke depan.

“Ada yang tidak butuh uang, yaitu keramahan. Kita harus menjual keramahan,” tuturnya.

Tidak butuh waktu lama, konsep Akmal pun mulai dijalankan.

Diawali dengan pelatihan di jajaran Biro Umum dan Protokoler Pemprov Sulbar melalui kegiatan Service Excellence Training for Even Liaison Officer, Dilaksanakan selama dua hari di Gedung PKK Sulbar, mulai Senin 6 Juni hingga 7 Juni.

Kegiatan itu bertujuan membentuk Liaison Officer (LO) di Lingkup Pemprov Sulbar. LO merupakan seorang penghubung atau pendamping antar organisasi. Dan merupakan posisi paling vital dalam sebuah organisasi.

Sekprov Sulbar Muhammad Idris menjelaskan, LO akan membuat pelayanan di Pemprov Sulbar semakin terkelola dengan baik. “Tidak mungkin kita dikenal dan dikenang tanpa layanan yang bagus,” ungkapnya.

Selain itu, kedepan menjadi potensi dalam meningkatkan penjualan produk unggulan daerah.

“Sebuah produk yang bagus itu tidak cukup, tetapi harus dibarengi yang menyajikannya. Makanya, Excellen Service ini, bauran antara jasa yang disiapkan organisasi dan perilaku yang ada di organisasi,” terang Idris.

Hal ini sejalan dengan rencana Pj Gubernur mendatangkan sejumlah tamu dari luar berkegiatan di Sulbar. Diantaranya, melalui kegiatan Festival Koral. Karena itu juga Akmal terus berupaya membuka penerbangan langsung Mamuju-Jakarta untuk memudahkan akses tamu luar daerah masuk ke Sulbar. Dengan begitu Sulbar tidak ragu dalam menjalankan kegiatan nasional sekali dalam semingggu.

Begitulah konsep Akmal, berangkat dari senyum melakukan perubahan dalam mendongkrak PAD Sulbar. Memang belum terukur berapa lama waktu yang diperlukan Akmal membuat Senyum dan Keramahan ini membuahkan hasil, PAD. Namun besar harapan penulis, juga masyarakat, pilot project ini tak seperti permodalan BUMD Sulbar, menelan Rp 1,5 miliar dalam tiga tahun namun tanpa hasil. Sebaliknya anggaran itu bak kayu dimakan rayap, lenyap tanpa pertanggungjawaban yang jelas. (*)

  • Bagikan