Hadapi Wabah PMK, Pemerintah Impor Vaksin untuk Kondisi Darurat

  • Bagikan
ANTISIPASI: Tim Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memberikan stiker pada sapi yang telah diperiksa di kawasan Pakal, Surabaya, kemarin 11 Mei 2022. --dok jawapos--

ACEH, RADARSULBAR – Penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak telah menyebar ke sejumlah daerah di luar Jawa Timur (Jatim). Perkembangan terbaru, kasus konfirmasi PMK ditemukan di dua wilayah di Aceh, yakni di Aceh Tamiang dan Aceh Timur.

Tim Dinas Peternakan Aceh secara khusus turun ke Aceh Tamiang untuk mengecek dampak wabah PMK. Pasalnya, dari 45 ribu populasi sapi di Aceh Tamiang, 1.200 ekor mendadak terpapar PMK. Selain itu, 13 ekor sapi dilaporkan mati.

Kepala Dinas Peternakan Aceh drh Rahmandi menyatakan, Aceh Tamiang saat ini dalam pengawasan ketat petugas dan merupakan kawasan tidak bebas bagi lalu lintas ternak. ”Karena persebarannya hampir 100 persen, kejadian PMK ini perlu diantisipasi dengan serius. Segera lapor ke petugas bila ternak sakit serentak,” tegasnya.

Rahmandi menggandeng Kepala Stasiun Karantina Pertanian Aceh drh Ibrahim berkeliling ke sejumlah kandang sapi milik masyarakat di Desa Paya Meta, Kecamatan Karang Baru. Di lokasi itu diperkirakan temuan pertama wabah PMK sapi muncul di Aceh Tamiang. Dia juga meninjau kompleks pasar hewan di wilayah Manyak Payed bersama Bupati Aceh Tamiang Mursil.

Mursil mengatakan, pemerintah daerah sepakat menutup lalu lintas ternak, termasuk menutup sementara sentra pasar hewan di Manyak Payed. Polres Aceh Tamiang menutup akses lalu lintas ternak di perbatasan Provinsi Aceh-Sumatera Utara. Polisi juga memberlakukan pos checkpoint di perbatasan Aceh Tamiang tersebut untuk pencegahan wabah PMK sapi. ”Pemkab Aceh Tamiang telah mengajukan permintaan obat-obatan atau vaksin PMK ke Kementerian Pertanian sebanyak 25 ribu dosis. Semoga ada stoknya di kementerian,” harapnya.

Sementara itu, data Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan, saat ini jumlah hewan ternak yang terinfeksi PMK di Jatim sebanyak 3.205 ekor. Kasus kematiannya mencapai 1,5 persen. Sementara itu, kasus positif PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor.

Untuk mengerem persebaran yang lebih luas, pemerintah akan mengimpor vaksin. Itu merupakan langkah sementara sembari menunggu vaksin dalam negeri. Dibutuhkan waktu sekitar 14 hari untuk bisa membuat vaksin. ”Jumlahnya (impor, Red) tidak banyak. Hanya untuk menunggu kelahiran vaksin yang ada,” jelas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kemarin 11 Mei 2022.

Yasin mengklaim bahwa vaksin untuk PMK bisa diproduksi sendiri oleh para ahli di Kementan. Terlebih, sudah diketahui serotipe virus PMK. Khususnya yang berada di Jatim. Dia optimistis vaksin bisa tersedia kurang dari 20 hari. ”Cuma sekarang ini masalah waktu. Kita dikejar kecepatan waktu dan kecepatan virus,” katanya mengenai alasan impor vaksin.

Dalam kondisi darurat saat ini, jelas Yasin, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah cepat. Salah satunya menyebarkan obat-obatan dan vitamin untuk diberikan kepada hewan ternak, baik yang sakit maupun sehat. ”Yang kena disembuhkan, yang sehat dinaikkan imunnya sambil menunggu vaksin,” terangnya.

Dengan intervensi yang dilakukan dalam beberapa hari terakhir, menurut Yasin, sudah terlihat hasil yang menggembirakan. Setelah disuntik, hewan ternak terpapar yang semula tidak bisa berdiri kondisinya sudah lebih baik. Ternak yang awalnya meler banyak pun mulai pulih untuk makan.

Yasin mengatakan, pihaknya juga membentuk gugus tugas nasional, gugus tugas provinsi, dan gugus tugas kabupaten/kota untuk menghadapi wabah PMK. Lantaran penularan PMK sangat cepat melalui udara dan kontak langsung, dia menekankan pentingnya pengendalian di daerah. Dengan begitu, tidak terjadi mutasi-mutasi dan persebaran yang berlebihan.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah menambahkan, saat ini Komisi Ahli Kehewanan tengah membahas percepatan pembuatan vaksin PMK di dalam negeri. Dia optimistis vaksin dapat dibuat cepat mengingat Kementan sudah berpengalaman. ”Karena kita sudah pernah buat dulu, saat pembebasan PMK. Cuma serotipenya berbeda sehingga harus buat ulang lagi,” paparnya.

Terkait serotipe, lanjut Nasrullah, yang ditemukan adalah serotipe O dengan strain Ind-2001. Jenis tersebut umum tersebar di Asia Tenggara. Dia menjelaskan bahwa PMK disebabkan virus dan belum ada obat spesifiknya. Namun, langkah pencegahan dapat dilakukan. Mulai booster untuk menguatkan imun hingga memperbaiki organ-organ yang terkena dengan obat-obatan.

Terkait impor vaksin, Nasrullah mengaku masih berhitung jumlah kebutuhannya. Namun, dipastikan jumlahnya terbatas. Karena hanya digunakan untuk daerah yang terkena PMK. Daerah lain yang masih bebas PMK akan menggunakan vaksin dalam negeri yang tengah dibuat. (jpg)

  • Bagikan