Yang Tersisa Dari ABM-Enny

  • Bagikan

APA yang dapat dinilai dari lima tahun pemerintahan Ali Baal Masdar-Enny Angraeny Anwar (ABM-ENY), dengan janji politik yang dikampanyekan sebelumnya maupun rencana yang dirumuskan selama pemerintahannya.

Oleh: Usman Suhuriah
– Wakil Ketua DPRD Sulbar
– Fraksi Golkar

12 Mei 2022 adalah hari terakhir ABM-Enny menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur. Suatu momentum yang kelak dialami para pejabat pemerintahan, dimana mesti mengakhiri masa tugasnya. Walau demikian, tentu terdapat hal yang dapat dicatatkan untuk sekaligus sebagai pembelajaran.

Salah satu dari catatan yang dapat dikemukakan adalah terkait kondisi eksisten PDRB per kapita penduduk misalnya. Catatan yang diumumkan BPS (24 Maret 2022) provinsi di pulau Sulawesi, menempatkan Sulteng sebagai provinsi terkaya di pulau Sulawesi. PDRB per kapitanya senilai Rp 81,73 juta. Angka ini di atas rerata pendapatan penduduk di skala nasional yang hanya Rp 62,24 juta/tahun.

Provinsi dengan PDRB terbesar berikut adalah Sulsel, sebesar Rp 59,66 juta/tahun. Setelahnya Sulut dengan PDRB perkapita Rp 54.04 juta, lalu Sultra Rp 52,29 juta. Berikut, Gorontalo sebesar Rp 37,17 juta/tahun dan yang terakhir Sulbar sebesar Rp 35,04 juta/tahun.

PDRB Sulbar bila dibandingkan antara PDRB rerata penduduk masing-masing provinsi terutama dengan provinsi paling tetangga (Sulteng) adalah ketimpangannya berada di antara Rp 81,73 juta/tahun dengan Rp 35,04 juta/tahun.

Apa yang dapat dicatatkan dari data tersebut, tentu merupakan fakta yang masih menyelimuti kondisi sosial ekonomi provinsi Sulbar. Terlebih bila dikaitkan dengan kondisi lanjutan di balik soal PDRB.

Dengan dikaitkan dengan kondisi ekonomi makro daerah dengan pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingkat pengangguran, dan seterusnya yang masih bertengger pada urutan terkebelakang di antara provinsi.

Bahwa untuk menilainya dengan gamblang, apakah terdapat progres yang baik untuk pemerintahan ABM-Enny selama ini, maka sedikitnya tidak gampang menariknya pada suatu kesimpulan. Kecuali bila kembali melihat kondisi data terkini (data BPS). Bahwa data-data tersebut secara grafikal tidak dapat disebut mengalami kemajuan yang berarti.

Kesulitan itu tentu cukup terwakili dari data yang dapat digali secara baik melalui laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPj) Gubernur terakhir ini sebagai dokumen resmi pemerintah daerah bagi suatu misal.

Sebagaimana LKPj harus menunjukan fungsi evaluasi, oleh bagaimana secara tegas sanggup mengungkapkan keberhasilannya. Atau juga menunjukan ketidak-berhasilannya. Dengan membandingkan target kinerja dengan realisasi kinerja yang berjalan selama pemerintahannya.

Yang tampak bila menunjuk ke soal LKPj ini, belum sepenuhnya dapat disajikan secara terang. Sementara upaya menemukan petunjuk (data) oleh kemungkinan kemajuan yang dicapai (bila ada fakta di luar dari data yang dapat dibantah soal pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan, IPM, tingkat pengangguran, dan seterusnya), maka ini juga sangat penting untuk memberi refleksi bagi penyusunan rencana kerja pemerintahan ke depan. Cerita keberhasilannya kelak menjadi sumber pembelajaran untuk direplikasi. Begitu juga dengan fakta kegagalan akan menjadi dasar untuk melakukan perbaikan.

Mencatatkan apa yang tersisa dari ABM-Enny, sedikitnya dapat mengajukannya dengan beberapa pertanyaan penting. Antaranya, keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pemerintah daerah. Apa yang telah dilakukan pemerintah daerah sehingga keberhasilan tersebut dapat diraih? Dan berapa anggaran yang telah habis digunakan untuk meraih keberhasilan tersebut.

Kerangka pertanyaan tersebut tentu akan berguna untuk melihat terdapatnya fungsi serta hasil guna yang dicapai periode pemerintahan. Untuk tidak mengatakan, mengisi jabatan pemerintahan akan bersifat lewat saja. Jika tanpa sesuatu yang dapat dinilai, dirasakan oleh warga masyarakatnya.

Bagaimanapun dibalik dari data-data yang kita baca selama pemerintahan ABM-Enny, apakah dinilai berhasil atau tidak tercapai sesuai misi yang dirumuskan, maka refleksi berikutnya adalah pentingnya kesadaran kritis pelaku pemerintahan. Bahkan oleh warga masyarakat di daerah ini untuk menempatkan kemajuan daerah sebagai ‘goals’ yang utama dan pertama.

Kemampuan membangun konsolidasi terhadap seluruh pemangku kepentingan dan repsentasi masyarakat agar bersedia memberi dukungan dalam meraih keberhasilan pemerintahan menjadi semakin penting.

Selamat dan terima kasih kepada Ali Baal Masdar dan Enny Angraeny Anwar atas pengabdiannya. Prestasinya dan dengan kondisi daerah yang sepenuhnya belum membaik, akan menjadi pembelajaran penting untuk masyarakatnya. Sebaliknya manfaat yang didapat di balik dari pesan data dan angka terkait Sulbar, pun akan menjadi memori untuk dikenang. (***)

  • Bagikan