Oleh: Muhammad Ridwan Alimuddin
BELUM genap sebulan dari Hari Bumi 22 April lalu, Sulawesi Barat kehilangan putera terbaiknya dalam upaya menyelamatkan planet bumi, Bapak Aziil Anwar.
Kabar perdana datang dari teman jurnalis Metro TV, Irwan, yang mengirimkan tangkapan layar status duka. “Innalillahi wainnailaihi Raji’un telah berpulang ke Rahmatullah Bapak Aziil Anwar/Papa Riri Pukul 20.15 WITA. Semoga beliau Husnul khatimah.”
Sampai tulisan ini saya buat, saya belum tahu penyebab kematiannya. Tapi sebelumnya di salah satu group yang saya ikuti, ada status permintaan darah, “Assalamu’alaikum. URGENT!! Dibutuhkan Gol. Darah O (3 kantong) Pasien An. Aziil Anwar Ruangan Anggrek No 2 RS Majene. yang bisa donor silahkan hubungi nomor ini : 081355517545 (riri).”
Delapan tahun silam, Maret 2014, saya bersama Bapak Aziil Anwar diundang ke Istana Negara untuk menerima Penghargaan Pelita Nusantara. Kami melakukan perjalanan berdua dan tidur sekamar. Beliu orangnya konsisten dan jenaka. Itu membuatnya dicintai anak-anak muda yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Sebagai warga Sulawesi Barat, terus terang saya agak terlambat mengenal sosok Bapak Aziil Anwar. Malah beliau “diperkenalkan ke warga Sulawesi Barat” oleh teman-teman Pengajar Muda (Indonesia Mengajar). Lalu bagaimana dengan rakyat atau pemerintah Sulawesi Barat, apakah mengenal pendekar lingkungan hidup tersebut?
“Mungkin karena saya dianggap bukan orang Mandar, jadi tidak terlalu dikenal,” canda Bapak Aziil Anwar dalam pertemuan pertama kami di Bandara Sultan Hasanuddin (13 Maret 2014). Bapak Aziil berkata begitu setelah saya menyampaikan rasa heran koq orang sehebat beliau malah tak terlalu dikenal di Sulawesi Barat.
Awalnya Bapak Aziil Anwar, yang akrab disapa Papa Riri, juga menganggap dirinya bukan orang Mandar. Nanti setelah dia pindah ke Mandar, ada kerabatnya (Salahuddin Anwar, pegawai di Perpustakaan Mamuju) yang memberitahukan bahwa kakeknya itu orang Mandar.
“Dulu kakek saya penjual kopra. Sering bawa ke Surabaya dan Indonesia timur. Di Sanana, Pulau Sula (sebelah timur Pulau Sulawesi), kakek saya yang bernama Anwar kenal dengan nenek saya. Mereka pun menikah. Putra mereka atau bapak saya yang bernama Ahmad bersekolah dan kerja di RRI Ternate. Di sana menikah dan lahirlah saya beserta empat saudara saya yang lain,” cerita Pak Aziil tentang sejarah hidup keluarganya.
Bapak Aziil Anwar (dia menggunakan nama kakeknya, Anwar, di belakang namanya, bukan Ahmad atau nama bapaknya) lahir di Ternate pada 4 November 1958. Dia anak pertama. Saudaranya tersebar di beberapa tempat, ada di Jakarta, Makassar, Ternate dan satunya bersama dia di Majene.
Awal karir Pak Aziil, yang berkaitan dengan lingkungan, dimulai pada tahun 1983. Yakni sebagai penyuluh di Dinas Kehutanan. Kemudian pada tahun 1989 pindah ke Majene dan terangkat sebagai PNS di sana. “Sebelum saya di Enrekang, saya pernah bekerja sebagai guide untuk turis di Jakarta. Jadi sedikit-sedikit ada pengetahuan berbahasa Inggris,” kenang Pak Aziil.
Pak Aziil menikah pada tahun 1985 dengan wanita Enrekang, bernama Samsudirah, Sulawesi Selatan. Nama anaknya tak jauh-jauh dengan nuansa hutan. Anak pertamanya bernama Firhan Rimbawan, kedua Fuad Hasan, ketiga Fauziah Mandharani (wafat), Fiani Mandharina, dan kelima Fitri Mandharini (wafat). “Isteri saya wafat tahun 2005 karena kanker payudara,” ungkap Pak Aziil.
Kurang lebih dua tahun sejak wafatnya sang isteri tercinta, Bapak Aziil Anwar menikah dengan perempuan Mandar dari Pelattoang. Nurlela namanya. Darinya Pak Aziil memiliki dua putra, Faizan Rimba Perkasa dan Flavien Cakra Belantara. “Namanya agak aneh, soalnya itu diberikan oleh orang Prancis yang pernah tinggal di tempat saya di Majene,” tawa Pak Aziil.
Ternyata Pak Aziil akrab dengan paman saya, Suradi Yasil. Katanya, “Pamanmu itu idola saya. Saya pernah melihat beliau membaca puisi lingkungan di Rangas. Kami sama-sama aktif di bidang lingkungan.”
Bapak Aziil Anwar adalah sosok langka yang dimiliki Sulawesi Barat. Bukan apa-apa, setahu saya, sepertinya hanya beliau yang pernah mendapat sekian penghargaan bergengsi di bidang lingkungan hidup. Misalnya Kalpataru pada tahun 2003. “Kalau tidak salah dulu itu kategorinya sebagai Pengabdi Lingkungan yang berasal dari PNS, yang melakukan pengabdian di luar kewajibannya,” cerita Pak Aziil. Tambahnya, “Pak Tashan Burhanuddin yang bantu urus dan mengantar saya ke Jakarta.”
Kurang lebih satu dekade sebelumnya, pertama kali Bapak Aziil mendapat penghargaan di bidang lingkungan yaitu Pemuda Pelopor Nasional di Bidang Lingkungan. “Tepatnya tahun 1993, dulu itu direkomendasikan oleh KNPI Majene yang dipimpin Pak Sofyan Sagena. Yang memberi saya penghargaan langsung Pak Harto,” cerita Pak Aziil.
Pak Aziil juga pernah mendapat penghargaan dari UNEP (United Nation Environment Programme) pada tahun 2013 lalu dan Satya Lenca Pembangunan dari Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tapi penganugerahan oleh Wakil Presideon Boediono.
“Berhasil melestarikan lingkungan melalui kegiatan pembinaan kelompok dan masyarakat dalam penanaman dan pembudidayaan 11 jenis pohon bakau/mangrove pada lahan sekitar 100 ha sehingga menjadikan hutan bakau di Pantai Baluna menjadi obyek wisata, tempat pembibitan dan penelitian yang berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar,” demikian kutipan dalam piagam penghargaan yang diterima Pak Aziil.
Pak Aziil tinggal di Desa Binanga, Kecamatan Sendana, sekitar 30 km dari Kota Majene bersama isteri, kedua anaknya, dan adiknya. “Sebenarnya saya masih PNS di Dinas Kehutanan, tapi jarang masuk kantor. Namanya juga penyuluh,” ucap Pak Aziil.
Saat ditanyakan bagaimana respon atau rasa antusias pemerintah kabupaten dan provinsi terhadap kegiatannya, Pak Aziil agak sedikit sedih. Memang sih ada dukungan pemerintah, tapi tidak maksimal. “Hutan mangrove yang kami kelola itu kan bisa dimaksimalkan oleh pemerintah, misalnya sebagai laboratorium alam dan sumber ekonomi masyarakat sekitarnya. Setidaknya dinas terkait memanfaatkannya.”
Awalnya Pak Aziil tak tahu apa-apa tentang mangrove. “Dulu waktu saya pertama kali datang ke Binanga, saya mendapati beberapa bagian pantai mengalami abrasi. Tapi ada juga yang bagus dan itu dilindungi oleh mangrove. Nah, sejak itu saya memberi perhatian pada penanam mangrove,” ungkap Pak Aziil.
Pak Aziil memilih tinggal di Sendana, yang relatif jauh dari keramaian karena dia menyukai tempat yang sunyi. Awalnya ada teman yang dia kenal di Enrekang tinggal di Sendana. Dia pun ikut ke sana. Terangnya, “Orang Sendana baik-baik. Ada rumah kosong di sana, saya dipinjami. Kurang lebih seminggu kemudian saya bawa isteri saya pindah ke situ juga.”
Maret 2013 Bapak Aziil Anwar ditimpa musibah. Kediamannya terbakar. Segala penghargaan dan piala yang pernah diperolehnya musnah dimakan api. Ribuan buku yang susah payah dikumpulkannya sirna. Hanya ijazah yang bisa diselamatkan. Tapi itu tak membuat Pak Aziil patah arang. Malah sebaliknya, terus berjuang agar mangrove makin lestari di pantai Majene.
Pada 28 Januari 2015 pak Aziil Anwar kembali mendapat penghargaan. Kali ini dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI), yakni KEHATI Award VIII.
Kegigihan hidup Pak Aziil diapresiasi oleh Pengajar Muda dari Indonesia Mengajar. Ada beberapa testimoni yang dituliskan Pengajar Muda (yang pernah mengabdi di Majene) di blog mereka. Misalnya Adeline Magdalena Sutanto, Mega Tala Harimukthi dan Luluk Aulianisa.
“Aku berbincang dengan Pak Azill. Aku terkesan padanya dan beliau sangat menginspirasi. Pak Aziil tidak setengah-setengah dalam menjalankan organisasinya ini. Suatu ketika ia berkata, “Kalau disini, apa-apa bebas, gratis, silakan saja. Biar mereka berkembang. Tidak usah dipikir lah, buat kebaikan ‘ga perlu hitung-hitungan “ kata Pak Aziil sambil tertawa. Hening. Kuakui itu tamparan keras buatku. Buat kebaikan ga’ perlu hitung-hitungan. Ya, di saat aku mulai lelah, banyak mengeluh, bosan, datar bahkan aku ‘hitung’ apa yang kuperbuat selama disini padahal.. Ya Tuhan. Apa sih yang sudah kulakukan ? Belum ada apa-apanya!,” demikian kesaksian Luluk Aulianisa gadis Jakarta yang meraih sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia mengenai Pak Aziil.
Saya terakhir bertemu pak Aziil, saat melakukan perjalanan keliling Sulawesi Barat menggunakan sepeda. Saya singga di tempat beliau yang asri. Ada cita-citanya untuk menuliskan buku tentang pengelolaan dan pelestarian mangrove di Sulawesi Barat. Beliau mengajak saya untuk bantu-bantu. Sayangnya itu belum sempat terwujud sampai beliau dipanggil oleh-Nya, 6 Mei 2022.
Selamat jalan Pak Aziil Anwar, Insya Allah legasimu abadi!
CURICULUM VITAE
A. IDENTITAS
Nama : Aziil Anwar
Tempat dan tanggal lahir : Ternate, 4 november 1958
Pekerjaan : 1. Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL)
- Direktur Program pada YPMMD Majene
Alamat : Jalan Poros Majene Km.34 Binanga Kec. Sendana
Kab. Majene 91452 Sulawesi Barat.
Email : [email protected]
Website : http://ypmmd.blogspot.com,
http://puisirimba.blogspot.com
Facebook : https://www.facebook.com/aziil.anwar
Skype : aziilanwar
B. PENDIDIKAN FORMAL
- SDNegeri katangtua Ternate Lulus tahun 1971
- SMP Negeri Ternate Lulus tahun 1974
- SPMA Negeri Gowa Lulus tahun 1978
- STIP Agribisnis Majene Semester Akhir (tidak selesai)
C. PENDIDIKAN NON FORMAL
- Pelatihan Pembinaan Massa Unit Kesehatan, Jakarta, Tahun 1980
- Kursus bahasa Inggeris, Jakarta College, Jakarta, Tahun 1980-1981
- Kursus Komputer, Makassar, Tahun 1982
- Pelatihan Dasar-Dasar Penyuluhan, BLK Makassar, Tahun 1983
- Pelatihan Penyuluh Lapangan Penghijauan, BLK Makassar, Tahun 1983
- Pelatihan Peningkatan Kemampuan Perencanaan RLKT, BRLKT Makassar, 1993
- Pelatihan Micro Entrepreneurship, Lekmas Makassar, Tahun 1995
- Pelatihan Tata Ruang Pantai, Bappeda Sulsel, Tahun 1996
- Pelatihan Pengelolaan Hutan Mangrove, BLK Makassar, 1996
- Pelatihan Fasilitator SHGs bank Linkage , Bank Indonesia-GTZ Jerman, Tahun 1996
- Training of Trainer and TOF, KL2SS-Cordaid, Tahun 1996
- Strategic Planning of Local NGO, KL2SS-Bina Swadaya, Toraja Tahun 2000
- Pelatihan Manajemen Organisasi Nirlaba, YIS Solo, Solo Tahun 2000
- Lokakarya Penyusunan manual Hutan Kemasyarakat, UNHAS-Ford Foundation, Ujung Pandang 2002
- Workshop Manajemen Hutan Kemasyarakatan, The Ford Foundation, Tahun 2004
- Training Manajemen Proyek, YIS Solo, Tahun 2004
- Workshop Koordinasi dan Sinkronisasi Pengukuhan dan Penataan Kawasan Hutan, BPDAS, Mamuju tahun 2006
D. ORGANISASI
- Pendiri Club Cinta Hijau “Rimbawan”, Majene 1990
- Ketua Club Cinta Hijau “Rimbawan’, Majene 1990-1992
- Sekretaris Pramuka Sakawana Bhakti, Majene 1992-2000
- Pendiri Yayasan Pemuda Mitra Masyarakat Desa (YPMMD), tahun 1995
- Direktur YPMMD, 1996-2007
- Direktur Program YPMMD, 2008-sekarang
- Pendiri YP2M Maros, tahun 2000
- Sekretaris KPSA Majene, Majene, 1996-2000
- Pendiri Konsorsium Hutan kemasyarakatan Sulsel, tahun 2000
- Penasehat ELSAB Mamuju Utara, tahun 2005
- Pendiri Forum Organisasi Non-Pemerintah (forORNOP) Sulawesi Barat, tahun 2006
- Pendiri Granat (Gerakan Anti Madat) Majene, tahun 2006
- Pendiri Sixfikom (kursus bahasa inggeris dan computer) Majene, tahun 2007
- Pendiri Pustaka Anak Kampung, tahun 2008
- Pendiri Greenvision (Environment Youth Foundation) Sulbar, tahun 2009
- Pendiri Mangrove development Center Majene, tahun 2010
- Direktur Mangrove Development Center Majene, Majene 2010-sekarang
D. ORGANISASI
- Pendiri Club Cinta Hijau “Rimbawan”, Majene 1990
- Ketua Club Cinta Hijau “Rimbawan’, Majene 1990-1992
- Sekretaris Pramuka Sakawana Bhakti, Majene 1992-2000
- Pendiri Yayasan Pemuda Mitra Masyarakat Desa (YPMMD), tahun 1995
- Direktur YPMMD, 1996-2007
- Direktur Program YPMMD, 2008-sekarang
- Pendiri YP2M Maros, tahun 2000
- Sekretaris KPSA Majene, Majene, 1996-2000
- Pendiri Konsorsium Hutan kemasyarakatan Sulsel, tahun 2000
- Penasehat ELSAB Mamuju Utara, tahun 2005
- Pendiri Forum Organisasi Non-Pemerintah (forORNOP) Sulawesi Barat, tahun 2006
- Pendiri Granat (Gerakan Anti Madat) Majene, tahun 2006
- Pendiri Sixfikom (kursus bahasa inggeris dan computer) Majene, tahun 2007
- Pendiri Pustaka Anak Kampung, tahun 2008
- Pendiri Greenvision (Environment Youth Foundation) Sulbar, tahun 2009
- Pendiri Mangrove development Center Majene, tahun 2010
- Direktur Mangrove Development Center Majene, Majene 2010-sekarang
E. PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT
- Volunteer Lembaga Kajian Masyarakat, (LEKMAS Sulsel – PDF), Majene 1994 -1995.
- Pendamping Kelompok Masyarakat/Kelompok Pengusaha Mikro (LEKMAS), Majene 1995
- Tenaga Pendamping Masyarakat (LEKMAS-PDF), Majene 1996.
- Pendamping Kelompok Masyarakat (POKMAS) IDT, Majene 1996.
- Fasilitator Bank Indonesia/GTZ-Jerman pada kegiatan PHBK di Kab. Majene 1996.
- Pemateri Pada Pendidikan dan Latihan Dai, IAIN Alauddin, Majene 1997
- Penanggung Jawab Pendampingan/Fasilitator Proyek Bantuan Reboisasi Kab. Majene (Cabang Dinas Kehutanan Mappili-YPMMD), Majene 1999
- Penanggung Jawab Program Pendampingan Kegiatan Padat Karya Kehutanan (Dinas Kehutanan Majene-YPMMD), Majene 1999-2000
- Penanggung Jawab Program Pendampingan Pilot Project Pembangunan Hutan Kemasyarakatan Prop. Sulsel, (JICA-BRLKT IX-YPMMD), Maros 1999-2001
- Penanggung Jawab Pendampingan Kegiatan Pembinaan Kelembagaan Kelompok Tani Gerakan Hutan Cadangan Pangan (BRLKT IX-YPMMD), Maros 2000
- Pelaksana Lokakarya Perencanaan Strategis Konsorsium Pemerhati Perhutanan Sosial Sulawesi Selatan (Yagrobitama- LMAI-YPMMD), Maros 2000.
- Pelaksana Lokakarya Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (BRLKT Wil.IX -The Ford Foundation-YPMMD), Majene, 2001.
- Penanggung Jawab Program Pemberdayaan Masyarakat Nelayan (YIS Solo-YPMMD), Majene 2001-2003
- Penanggung Jawab Pelatihan Fasilitator bagi Aparat/LSM dan Tokoh Masyarakat, (BRLKT IX-YPMMD), Oktober 2001.
- Training of Fasilitator (TOF) Pengelolaaan Hutan Kemasyarakatan di Wilayah Etnis Mandar (BRLKT Wil.IX -The Ford Foundation-YPMMD), Majene 2002
- Pelatihan Kelompok Nelayan Pelestari Pesisir Pantai dan Laut (Dinas Perikanan Majene-YPMMD), Majene 2002
- Pelatihan TOF Guru-guru SD se Kabupaten Majene ( KLH-YPMMD), Majene 2006
- Training of Fasilitator (TOF) Pengelolaaan Hutan Kemasyarakatan di Wilayah Etnis Mandar, (BRLKT IX-YPMMD), Majene 2002
- Penanggung Jawab Bulletin Bulanan AKKIO, (Yayasan KEHATI-YPMMD), Majene 2000 s/d 2002.
- Penanggung Jawab Proyek Rehabilitasi Hutan bakau Majene, (Dinas Perikanan dan Kelautan Majene-YPMMD) Majene 2002.
- Penanggung Jawab Program Peningkatan Ekonomi Keluarga Nelayan melalui pembentukan Lembaga Keuangan Perempuan,(YIS Solo-YPMMD), Majene 2003-2005.
- Penanggung Jawab Program Voters Education, (UNDP-KL2SS-Cida-YPMMD), Majene 2004
- Penanggung Jawab Proyek Pengembangan Kelembagaan Petani Peserta Gerhan, (Dinas Kehutanan Majene-YPMMD), Majene, 2005-2008
- Penanggung Jawab Proyek Brainstorming for Manyamba Hamlet’s Community Planning to Raise Opinions Through Forest Conservation, (UNDP-GEF/SGP-YPMMD), Majene 2006.
- Penanggung Jawab Project Identifikasi DAS ABAGA sebagai Sumber Air PDAM Majene, (Kanpedalda Majene-YPMMD), Majene 2006.
- Penanggung Jawab Workshop Ekosistem Hutan Mangrove dan Kearifan Lokal, (Pemkab Majene-YPMMD), Majene 2007.
- Penanggung Jawab Program Green Entrepreneur Opportunity for School Dropouts, (UN-HABITAT-YPMMD), Majene 2011
- Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL), Majene 1983-sekarang.
F. PENGHARGAAN
- Pemuda Pelopor Nasional, tahun 1993
- Wetlands Fund, tahun 1995
- Kalpataru, tahun 2003
- Penghargaan Lingkungan dari Gubernur Suls-sel, 2003
- Sertificate “Plant for the Planet” dari UNEP, 2011
- Sertifikat penghargaan WED 2012 dari UNEP, 2012
Majene, 21 Agustus 2013
Aziil Anwar