“Peristiwa ini tentu sangat kami sayangkan, tapi kami sangat bersyukur karena kedua pihak sudah berdamai. Kedepan diharapkan tak ada lagi kejadian serupa yang menimpa tenaga pendidik,” ucap Mahmud.
Kata dia, guru adalah sosok pendidik panggilan jiwa dengan niat mencerdaskan generasi penerus bangsa, sesuai harapan bersama. Tentunya dalam mendidik guru memiliki peran dan metode berdasarkan keilmuan masing masing. Demikian pula di rumah peran orang tua siswa dalam mendidik buah hatinya juga memiliki pola yang berbeda.
“Olehnya kedua peran ini harus diberikan ruang dan kepercayaan masing-masing, karena guru dan orang tua berharap keberhasilan anak didik,” ungkap Kepala SMP Negeri 6 Topoyo itu.
Ia berharap, kedepan dilakukan sosialisasi tentang perlindungan guru. Sehingga segenap stakeholder dapat menciptakan suasana sekolah yang tertib, aman, dan kondusif. Dengan demikian fungsi sekolah sebagai tempat mencerdaskan peserta didik dapat terwujud. “Ini adalah impian kita dan semoga kejadian yang menimpa saudara kita tidak terjadi lagi di Bumi Lalla Tasissara,” tandas pria berdarah Palopo, Sulawesi Selatan itu.
Harapan senada juga disampaikan istri korban, Olivia Kinanti. Semoga saja kejadian yang telah menimpa suaminya, tak lagi terulang.
Kasus tersebut adalah pembelajaran besar bagi guru, siswa pun orang tua. Penganiayaan siswa pada gurunya tentu sangat disayangkan, apalagi terjadi di lingkungan sekolah. “Tapi semuanya sudah selesai karena kedua pihak sudah berdamai. Kita hanya berharap jangan terulang lagi,” singkat Olivia.
Babinsa Salupangkang, Serda Gusti Pakan membenarkan bahwa kedua pihak sudah berdamai. Kasus penganiayaan antara guru dan siswa SMAN 2 Topoyo telah selesai. Empat pelaku yang hadir semua sudah minta maaf.
“Para pelaku juga menandatangani surat pernyataan bermaterai. Empat pelaku semua tandatangan,” tandasnya. (kdr/jsm)