MAMUJU – Belum lengkap rasanya jika buka puasa tidak menyantap takjil sebagai makanan pembuka. Untuk itu, Kampoeng Kuliner Ramadan menawarkan berbagai macam takjil sebagai pilihan saat berbuka.
Kampoeng Ramadan yang terletak di Jl A.P Pettarani Mamuju, mulai dibuka pukul 15.00. Jenis takjil yang dijual sangat bervariasi. Mulai dari gorengan, kue kering, kue basah, hingga minuman menyegarkan juga tersedia. Sajian lauk pauk juga tersedia di sana.
Salah satu pedagang, Dani mengatakan, ada tujuh menu takjil yang dijajakannya. Seperti pisang ijo, sambusa, risol mayo, kue pastel atau jalangkote, tetu dan es nangka melon. Harganya dibanderol mulai Rp 2 ribu sampai Rp 10 ribu.
“Kalau gorengan itu, Rp 2 ribu per biji, kalau pisang ijo dan es nangka melon itu Rp 10 ribu per porsinya,” kata Dani saat ditemui di Kampoeng Kuliner Ramadan, Minggu 3 April.
Dani mengungkapkan, saat ini harga bahan-bahan dasar pembuat takjil naik. Seperti minyak goreng, terigu, mentega dan gula pasir. Untuk itu, kata Dani, harga yang ditawarkan juga berbeda dengan Ramadan di tahun sebelumnya.
“Kalau tahun sebelumnya masih bisa dijual gorengan Rp 5 ribu empat biji. Sekarang tidak bisa, karena semua bahannya naik,” ungkap Dani.
Pedagang lain, Aulia menyampaikan, untuk menu takjil yang ia jual lebih ke kudapan modern. Seperti pasta roti pizza, puding, salad buah dan es cappucino cincau. Harganya cukup murah, mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu.
“Kalau salad buah, pasta kami jual Rp 15 ribu, roti pizza Rp 5 ribu per pcs, puding dan es cincaunya Rp 10 ribu,” sebutnya.
Menurut Aulia, di hari pertama berjualan antusias masyarakat cukup banyak. Ia berharap kegiatan seperti Kampoeng Kuliner Ramadan bisa terus terlaksana kedepannya.
“Seperti ini bagus, karena kami disediakan tempat, dan masyarakat juga tidak perlu keliling cari takjil,” ujar Aulia.
Ketua Pelaksana Kampoeng Kuliner Ramadan, Hatta Kainang menyampaikan, Kampoeng Kuliner Ramadan diharapkan bisa menjadi satu icon kota Mamuju di setiap bulan ramadan.
“Jadi harapan kami, tahun depan ini bukan lagi dipelopori oleh Bonepaas Kanneq Community, tetapi bisa diambil alih oleh pemerintah daerah, untuk menjadi program rutin setiap bulan ramadan,” singkatnya. (rzk/ajs)