JAKARTA – Generasi milenial memiliki potensi besar untuk turut mengembangkan sektor pertanian Indonesia. Selain karena usia produktif prima, juga lebih mudah mengadopsi penggunaan internet dan teknologi. Untuk itu, peran milenial menjadi sangat penting dalam membangun dan mendorong transformasi industri pertanian nasional.
Atas dasar itu, Senior Excecutive Vice President (SEVP) Komersial PT Pupuk Kaltim, Meizar Effendi mengatakan, berkomitmen mendukung talenta muda dalam memajukan sektor pertanian.
Dijelaskan, tantangan di industri pertanian modern saat ini adalah kurangnya partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian, dan kedua dibutuhkannya digitalisasi sektor pertanian yang cenderung masih tradisional.
Menurutnya, tantangan tersebut dapat dijawab melalui pelibatan peranan aktif para milenial di bidang pertanian.
“Di PKT sendiri juga sudah diterapkan, dimana sebanyak 70 persen karyawan kami merupakan talenta milenial dan beberapa bahkan diberi kesempatan untuk memegang posisi strategis. Harapannya, dengan diberikannya ruang untuk berinovasi, keberadaan generasi milenial dapat membawa perubahan yang positif.” ujar Meizar, Selasa 5 April.
Upaya untuk mendorong peran milenial dalam sektor pertanian pun telah menjadi bagian dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Renstra Kementan) 2020‒2024. Sebagai salah satu turunan dari rencana tersebut, Kementan juga telah mengadakan program bootcamp bertajuk Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS).
“Bersama pelaku industri seperti PKT, program bootcamp tersebut diadakan guna mencetak pengusaha tani muda di seluruh Indonesia sebagai upaya regenerasi serta meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor pertanian,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Meizar menyebutkan, terdapat 3 aspek terbantu oleh peran generasi milenial dalam industri pertanian modern. Pertama, Pengembangan teknologi pertanian presisi
Salah satu contoh dari program pertanian presisi yang dimiliki PKT antara lain adalah sistem PreciPalm (Precision Agriculture
Platform for Oil Palm) sistem berbasis satelit yang dikembangkan bersama dengan tim ilmuwan Indonesia dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk meningkatkan efisiensi dan mengoptimalkan produktivitas hasil pertanian kelapa sawit secara sustainable dalam jangka panjang.
Kedua, Pengembangan teknologi pada mata rantai pertanian, yaitu memberikan peranan terhadap pengembangan sisi hulu dan hilir pertanian, seperti pengembangan proses penjualan atau memasok produk pangan pertanian melalui e-commerce. Dengan akses terhadap teknologi informasi, generasi milenial memiliki potensi untuk membangun jejaring serta menghubungkan pemasok-petani-pelanggan secara digital, seperti dengan penggunaan platform e-commerce.
Ketiga, Pengembangan Pengelolaan Ekonomi Desa Pertanian. Dalam hal ini generasi milenial yang memilih untuk tinggal di pedesaan juga dapat berperan serta dalam pengembangan dan manajemen kelembagaan ekonomi petani perdesaan berbasis korporasi, baik itu berbentuk perseroan terbatas, Commanditaire Vennootschap (CV), ataupun koperasi.
Masih Meizar, dukungan dari industri penyokong pertanian seperti pupuk dan petrokimia, turut menjadi poin penting untuk terus mengembangkan usaha para pengusaha tani milenial tersebut. Untuk itu, PKT secara aktif turut mendorong dan memfasilitasi talenta muda di bidang pertanian untuk berinovasi, berkarir dan berkarya.
“Keberadaan talenta-talenta muda milenial dalam sektor pertanian patut terus didukung, dibina dan difasilitasi, demi menciptakan industri pertanian yang lebih maju dan modern. Diperlukan kolaborasi yang baik dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku industri, dan talenta muda itu sendiri, guna memaksimalkan potensi dari talenta yang tersedia dan menjaga ketahanan pangan di Indonesia,” tutup Meizar.(*)