Kondisi kelangkaan solar juga diperparah dengan kondisi gap harga solar nonsubsidi dan solar subsidi yang sudah mencapai Rp 7.800 per liter.
Nicke mengakui adanya shifting konsumsi akibat disparitas harga yang terlalu tinggi tersebut.
“Saat ini realisasi konsumsi solar subsidi sudah 93 persen dan solar nonsubsidi hanya 7 persen,” ungkap Nicke.
Ia menduga adanya konsumsi yang tidak tepat sasaran.
“Kondisinya, ada disparitas harga tapi kuotanya kurang,” tambah Nicke.i.
Dengan adanya pemulihan ekonomi dan juga tak lagi adanya pembatasan aktivitas, membuat konsumsi solar naik 10 persen dari rencana yang ada.
Jaminan Distribusi Solar Tetap Dilakukan Pertamina
Nicke memastikan, meski kuota solar subsidi telah habis, Pertamina tetap akan menyalurkan solar seperti biasanya.
“Kami tetap akan suplai meski kini kondisinya over kuota, sehingga kami berharap tidak ada antrian maupun kelangkaan,” tegas Nicke.
Namun demikian, Nicke berharap DPR bisa memberikan tambahan kuota solar subsidi agar kelangkaan yang terjadi bisa diatasi.
“Kami mohon dukungan jika memang solar subsidi ini bisa meningkatkan lagi pertumbuhan ekonomi maka kuotanya mungkin perlu disesuaikan agar sesuai kebutuhan,” ujar Nicke
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menjelaskan secara stok per hari ini, stok Solar subsidi mencapai 11,8 hari.
“Solar ini secara konsumsi ada kenaikan 10 persen,” ujar Alfian. (fin)