Pawang Hujan

  • Bagikan

Di zaman teknologi sekarang, profesi pawang hujan sebagai komunikator dengan alam, tidak menarik lagi. Masyarakat sudah lebih mudah merencanakan kegiatan agar terhindar dari hujan mengandalkan ramalan cuaca BMKG.

Namun, harus diakui pula bahwa peran pawang hujan dibutuhkan pada saat tertentu, terbukti pada gelaran MotoGP di Mandalika. Bahkan, kabarnya Rara Isti Wulandari, pawang hujan yang kini go internasional, sejak awal telah dilibatkan oleh panitia.

Disadur dari suara.com yang mengutip NU.Online, ikhtiar mengalihkan hujan dari satu lokasi ke lokasi lain dengan cara berdoa kepada Allah Swt adalah dibenarkan. Hujan adalah ciptaan Allah, maka meminta dialihkan adalah dengan berdoa. Bukan semata berharap atau mengandalkan pawang hujan karena dipercaya memiliki kemampuan.

Ikhtiar mengalihkan hujan pernah dilakukan Rasulullah Saw semasa hidupnya dengan berdoa kepada Allah Swt, sebagaimana diterangkan dalam hadis Sahih Buhari yang diriwayatkan oleh Anas Ra.

Penceramah kondang Ustaz Abdul Samad mengatakan, jika terdapat syarat tertentu agar hujan tidak turun atau dialihkan ke tempat lain, itu adalah perbuatan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Katanya, cara-cara selain memohon kepada Allah Swt, merupakan perbuatan syirik. Persyaratan berupa sesajen, atau misalnya tidak mandi selama waktu tertentu, merupakan bisikan jin yang akan merusak keimanan dan mencelakakan manusia.

Perihal pawang hujan, saya teringat cerita seorang teman di Wonomulyo, Polewali Mandar. Kejadiannya beberapa tahun lalu. Panitia sebuah acara menghubungi seorang pawang hujan agar acaranya berlangsung lancar. Tidak terganggu hujan. Sang pawang pun menggaransi hujan tidak bakal turun. Akan dialihkan ke tempat lain. “Kalau langit bisa dibocori, tidak akan menjadikan hujan turun,” garansi sang pawang, meyakinkan.

Sore, beberapa jam sebelum pelaksanaan acara, tetiba langit mendung. Hujan deras didahului gerimis. Sang pawang segera didatangi, ditagih janjinya yang memastikan hujan tidak bakal turun.

“Bagaimana ini, belum juga langit dibocori hujan sudah turun!,” protesnya kepada sang pawang. Panitia menumpahkan kekecewaan. Namun, pawang yang cenderung takabur itu merespon ringan dengan berbagai dalih. Malah bertanya balik yang membuat panitia mati-kutu. “Mana lebih kuasa Tuhan dengan saya (sebagai pawang)?.”

Percaya atau tidak soal kesaktian pawang, setiap orang punya otoritas masih-masing. Saya hanya membatin, siapa tahu ada juga yang memiliki kesaktian sebagai pawang mencegah praktik KKN (kolusi, korupsi, dan nepotisme). (***)

  • Bagikan