MAKASSAR – Pada kualiah umum dengan tema “Akselerasi Pemulihan dan Transformasi Ekonomi melalui Dukungan Teknologi Digital” di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sulsel, Sabtu 12 Maret 2022, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomiam Airlangga Hartarto menjadi narasumber.
Dalam paparannya, Airlangga mengatakan jika ekonomi digital merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan di masa pandemi ini. Seiring hadirnya era transformasi digital, pemerintah terus mengakselerasi ekonomi digital Indonesia. Salah satunya dengan pengembangan keterampilan digital pada Generasi Z atau Generasi Milenial.
Hingga 2030, lanjut Airlangga, Indonesia diperkirakan membutuhkan talenta digital sebanyak 9 juta orang. Selama masa pandemi ini, ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan dalam hal digitalisasi, yaitu di bidang pendidikan (edutech) dan kesehatan (healthtech).
“Generasi muda yang berkualitas tinggi akan memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia di era Society 5.0. Pengembangan keterampilan digital diperkirakan akan berkontribusi senilai Rp 4.434 triliun kepada PDB Indonesia di 2030 atau setara dengan 16 persen dari PDB. Peluang besar ekonomi digital Indonesia ini harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama,” ujar Menko Airlangga.
Ketua Umum DPP Partai Golkar ini mengatakan, ekonomi digital Indonesia saat ini merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan nilai US$ 70 miliar atau menguasai 40 persen dari pangsa ekonomi digital ASEAN. Nilai tersebut diperkirakan terus tumbuh hingga mencapai US$ 146 miliar pada 2025.
Salah satu sektor pendatang baru yang tampil mengisi lanskap ekonomi digital Indonesia adalah sektor edutech, yang saat ini memiliki pengguna aktif dengan pertumbuhan signifikan mencapai 200 persen pada 2020.
“Pemerintah mendorong pengembangan talenta digital melalui berbagai program seperti Gerakan Nasional Literasi Digital, Digital Talent Scholarship, dan Digital Leadership Academy. Namun, transformasi ekonomi memerlukan koordinasi dan sinergi dengan seluruh pihak, termasuk Perguruan Tinggi,” ucap Airlangga.
Dijelaskan, pengembangan talenta digital diharapkan juga akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan digitalisasi UMKM di Indonesia. Sehingga lulusan universitas tidak hanya berperan sebagai job seeker namun dapat juga menjadi job creator.
Menurutnya, kewirausahaan dan UMKM merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi selama masa pandemi. UMKM Indonesia saat ini berjumlah sekitar 64,2 juta usaha dan berkontribusi 60,51 persen terhadap PDB atau senilai Rp 9.580 triliun.
UMKM juga berkontribusi terhadap penyerapan 97 persen dari total tenaga kerja yang ada dan dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi. Namun, saat ini rasio kewirausahaan di Indonesia masih rendah, yakni 3,47 persen dari total populasi.
Rasio kewirausahaan untuk sebuah negara maju minimal 5 persen dari total populasi. UMKM sendiri masih mengalami berbagai tantangan seperti Inovasi yang perlu ditingkatkan, Pembiayaan, Sumber Daya Manusia, Branding dan Pemasaran, Legalitas, serta Standarisasi dan Sertifikasi. Bahkan yang paling krusial yakni adaptasi terhadap perkembangan teknologi.
“Pada masa pandemi ini, perlu dilakukan transformasi UMKM melalui penerapan teknologi digital agar mampu menjadi Super Smart Society,” urai Airlangga.
Selanjutnya, tambah Menko Airlangga, sinergi dan kolaborasi yang telah dilakukan bersama Unhas dalam mendukung pengembangan fasilitas inkubasi telah membantu mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Program ini telah memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada mahasiswa sehingga dapat menjadi bekal bagi mereka yang ingin berwirausaha.
“Oleh karena itu keberadaan Ibukota baru di center of gravity baru di Kalimantan Timur, wajib dan harus dimanfaatkan oleh Unhas. Center of excellence di timur Indonesia ada di Unhas. Sehingga Unhas harus menjadi kiblat pengetahuan di Ibukota baru dan kita akan kembangkan perekonomian berbasis nusantara,” pungkas Airlangga. (*)