Hartawan Dermawan

  • Bagikan

ORANG yang punya kepedulian kepada sesama, akan selalu dikenang kebaikannya. Namanya layak disebut untuk mencontohkan sifat terpuji. Sebagaimana sosok tokoh pengusaha yang memiliki kepedulian tinggi pada bidang keagamaan dan pendidikan Islam di Polewali Mandar, Sulbar.

OLEH: M. DANIAL

Sosok itu adalah almarhum HM Asly Kaduppa, yang meninggal dunia pekan lalu. Kebaikannya sebagai pengusaha mapan dan memiliki kepedulian tinggi terhadap sesama, akan selalu dikenang. Ia sosok hartawan yang dermawan. Selain kepedulian pada bidang keagamaan, tak dipertanyakan juga perhatiannya pada bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan.

Sifat sederhana, rendah hati, dan keramahan tanpa membeda-bedakan orang, merupakan cirinya. Tidak pernah terdengar ada orang yang merasa kecewa setelah bertemu dan butuh bantuannya.

Perhatian almarhum pada kemaslahatan orang banyak, terlihat pada perannya yang tidak kecil dalam pembentukan Sulbar. Ia salah satu donatur penting yang melancarkan gerak perjuangan. Setelah Sulbar terwujud, namanya seolah terlupakan. “Tujuan kita sejak awal (bagaimana) Sulbar terbentuk, jangan berpikir mencari nama. Apalagi menghitung mendapat keuntungan pribadi,” ujarnya, suatu ketika.

Tidak banyak yang mengetahui, almarhum memiliki perhatian juga terhadap politik dan demokrasi untuk kemaslahatan rakyat. Itu terbukti pada perannya sebagai salah satu anggota Tim Seleksi calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Polman pada Pemilu 2004.

Sesuai ketentuan UU Pemilu saat itu, timsel terdiri lima orang. Terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, organisasi profesi, dan pers. Saat itu, merupakan masa-masa klimaks perjuangan untuk mewukudkan provinsi baru di wilayah Mandar.

Selama masa kerja timsel, almarhum sangat serius memberi perhatian. Semua yang menjadi agenda kegiatan timsel, menjadi prioritasnya ketimbang kegiatannya yang lain. Ia teguh dengan prinsip menjaga marwah sebagai timsel berintegritas. Terlepas dari kelemahan dan keterbatasan, hasil kerja membentuk KPU yang pertama di Polman, akan menjadi cermin pelaksanaan seleksi pada periode berikutnya.

“Maaf, saya tidak banyak mengetahui soal politik, dan kita sebagai timsel harus betul-betul bekerja independen. Untuk menghasilkan calon KPU untuk melayani dengan adil semua partai,” katanya.

Pada rapat-rapat timsel, almarhum selalu mengingatkan peraturan sebagai acuan kerja. Ia memang sosok low profile, tapi sikap konsisten pada aturan merupakan ciri khasnya. “Jangan kita lakukan yang tidak sesuai aturan, nanti menyusahkan, dan mencoreng nama baik timsel.” Ketegasan sikap almarhum tersebut, saling melengkapi semangat anggota timsel yang lain.

Saat verifikasi persyaratan calon, ditemukan ada beberapa berkas yang tidak sesuai peruntukannya. Berkas tersebut, kebetulan milik salah satu pendaftar yang “bukan orang biasa”. Sempat muncul kegamangan di antara anggota timsel.

Pembahasan berlangsung alot, sampai lewat tengah malam belum ada kesimpulan. Esok pagi, almarhum mengajak diskusi terbatas soal calon “yang bukan orang biasa” itu. Intinya status pendaftar semua sama, tidak boleh ada perlakuan khusus siapapun dia. Apapun pangkat dan latar belakangnya.

Kesepakatan dengan almarhum sebagai anggota timsel dibawa ke rapat dengan sebuah catatan: kalau terpaksa dilakukan voting oleh lima anggota timsel, harus secara terbuka dan hasilnya jangan ditutupi ke publik. Akhirnya, timsel bersepakat memutuskan hasil verifikasi persyaratan calon untuk mengikuti tahapan berikutnya, tanpa melalui voting.

Itulah sosok almarhum yang saya kenal sebagai sahabat. Ia seorang hartawan yang dermawan, sederhana, rendah hati, dan konsisten. Sikap tidak mau menonjolkan diri merupakan juga kelebihan tersendiri yang dimiliki. Ke-Asly-annya pada kesederhanaan dan tawadhu atau rendah hati, sifat yang jarang ditemukan pada orang lain. (***)

  • Bagikan

Exit mobile version