Jelang Ramadan, BI Sulbar Susun Proyeksi Kebutuhan Uang

  • Bagikan

MAMUJU – Kebutuhan uang saat Ramadan dan Idul Fitri selalu lebih tinggi dibandingkan waktu-waktu lainnya. Olehnya, perbankan menyiapkan antisipasi agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Untuk itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Sulbar menyusun proyeksi kebutuhan uang saat Ramadan nanti. Agar memastikan ketersediaan uang di tengah masyarakat. Selama ini, aktivitas penukaran dan kebutuhan uang jelang ramadan atau lebaran selalu meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Baik penukaran uang logam, maupun uang kertas.

Kepala BI Perwakilan Sulbar Hermanto mengatakan, dalam melakukan penghitungan kebutuhan, pihaknya terlebih dahulu meminta proyeksi kebutuhan uang utamanya jelang ramadan di tiap perbankan di Sulbar.

“Kami tentu menyiapkan uang sesuai kebutuhan masyarakat. Insya Allah awal Maret kita lakukan rekapitulasi proyeksi dari bank-bank. Kami juga lakukan penyesuaian. Kalau bank terlalu tinggi (proyeksinya) kita sesuaikan,” kata Hermanto, Jumat 25 Februari 2022.

Meski demikian, Hermanto belum bisa memperkirakan berapa proyeksi kebutuhan uang tersebut. Ada tahapan yang mesti dilakukan dalam menentukan angka pastinya. Jika angkanya sudah ada, BI Sulbar akan meminta Depo Kas Utama BI di Sulsel atau di Jakarta. “Nanti jelang Ramadan baru ketemu angkanya. Mungkin bulan Maret,” sebut Hermanto.

Saat ini, kata dia, pihaknya juga fokus melakukan pemantauan ketersediaan dan stabilitas harga barang pokok, utamanya minyak goreng di Sulbar. Sebab, tingginya harga minyak goreng memicu terjadinya inflasi hingga di atas 1 persen sejak akhir Desember 2021 lalu.

“(Harga) Minyak goreng tinggi karena faktor secara global. Harga CPO juga meningkat. Kami bersama TPID Sulbar telah menyusun beberapa rencana aksi untuk menstabilkan harga,” sebut Hermanto.

Pihaknya pun terus berupaya memastikan harga minyak goreng agar sesuai dengan harga Eceran Tertinggi (HET). Atau paling tidak, mendekati HET yang telah ditetapkan pemerintah sebagai upaya menekan inflasi.

“Yang lambat menyesuaikan (HET) itu di pasar tradisional. Kalau di ritel modern sudah bisa. Kami terus memantau juga. Harapan kami, semoga di Februari ini inflasinya sudah rendah dibanding Januari,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, KPw BI Sulbar terus berupaya agar produk-produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Sulbar tetap eksis dan dapat bersaing dengan produk ternama lain.

BI Sulbar juga membuat berbagai kegiatan untuk menunjang pemahaman dalam menggerakkan perekonomian daerah. Seperti, Capacity Building TPID, Capacity Building UMKM, Seminar Fiskal dan Seminar Sosialisasi QRIS dan CBP.

Tahun ini, lanjutnya, BI juga akan fokus pada ekosistem digital, peningkatan transaksi penjualan UMKM dan bagaimana melakukan pendampingan UMKM. “Oktober mendatang kita juga bakal adakan event yang lebih besar dari yang sekarang. Kita harap UMKM di Sulbar semakin meningkat kualitas dan penjualannya. Sebab, UMKM menjadi salah satu pendukung pengendalian inflasi melalui UMKM ketahanan pangan,” tandasnya. (ajs/dir)

  • Bagikan