TNI Teliti Benda Mirip Rudal di Selayar

  • Bagikan

MAKASSAR – Penemuan benda yang mirip rudal di kawasan perairan Selayar, Sulsel, sudah ditangani Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL). Benda yang diduga buatan Amerika Serikat itu akan diteliti.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono mengapresiasi sinergisitas TNI-AL dengan para stakeholder di wilayah Selayar sehingga bisa mengamankan benda tersebut. Pihaknya sudah meminta satuan yang berkompeten untuk mengkaji. “Akan meneliti lebih komprehensif dan analisis lebih mendalam,” ujarnya, Sabtu 19 Februari 2022.

Penelitian, lanjut dia, akan melibatkan dua satuan TNI-AL. Yakni, Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) dan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Laut (Dislitbangal). “Bersama tenaga ahli dari perguruan tinggi terhadap benda asing mirip rudal,” imbuhnya.

Untuk diketahui, benda asing mirip rudal itu ditemukan Andi Arifin Lewa, seorang nelayan yang sedang mencari umpan di sekitar Pulau Jampea, Kabupaten Kepulauan Selayar, Rabu 9 Februari 2022 lalu. Penemuan itu lantas dilaporkan ke aparat setempat. Danposmat TNI-AL Selayar Letda Laut (E) Siswandoyo bersama jajaran dan kepolisian langsung menuju Pulau Jampea. Benda yang diamankan itu kemudian dibawa speedboat untuk diantar ke KRI Fatahillah-361 pada Jumat 18 Februari 2022.

Saat ini benda tersebut diterima TNI-AL setelah diserahterimakan dari Kapolsek Jampea kepada Komandan Guskamla Koarmada II Laksamana Pertama TNI I Gung Putu Alit Jaya. Selanjutnya, dibawa ke Pangkalan TNI-AL terdekat untuk keperluan identifikasi lanjutan.

Sementara itu, Komandan Pangkalan Utama TNI-AL VI (Danlantamal VI) Laksamana Pertama Benny Sukandari mengatakan, berdasar perkiraan sementara, benda tersebut bukan rudal. Melainkan side scan sonar.

Side scan sonar, lanjut dia, merupakan alat atau peranti pendukung kapal yang melakukan eksplorasi laut. Sistem sonar yang dihasilkan berfungsi untuk mempermudah peneliti sea bottom profile atau keadaan di bawah permukaan laut. “Termasuk aktivitas, biodata, dan segala kehidupan di bawah permukaan laut,” ujarnya.

Meski demikian, hal itu sebatas dugaan sementara. Kepastiannya akan menunggu hasil penelitian Pushidrosal dan Dislitbangal. (jp)

  • Bagikan

Exit mobile version