HARUSKAH jajaran pemerintah di daerah ini tiarap karena beratnya masalah yang dihadapi? Tentu tidak. Dengan masalah-masalahnya, tak ada pilihan lain kecuali harus diselesaikan. Dengan cara apa? Dengan cara yang sungguh-sungguh dan berorientasi ke penyelesaian masalah.
Oleh: Usman Suhuriah
– Wakil Ketua DPRD Sulbar
– Fraksi Golkar
Tiap lima anak, ada satu yang stunting. Ini adalah data 2021, dikeluarkan dirjen Bangda Kemendagri, kembali menempatkan Sulbar sebagai daerah dengan angka prevalensi stunting tertinggi kedua setelah NTT. Fakta ini sepatutnya mengernyitkan dahi ?
Mengutip maksud stunting, adalah kejadian pada anak tumbuh tidak normal. Kondisi anak di bawah usia lima tahun mengalami malnutrisi kronik. Kondisinya mengganggu pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Itu karena kurangnya nutrisi sejak bayi dan pada masa setelah lahir. Sehingga menyebabkan masalah kesehatan sepanjang hayat.
Dengan ancaman kesehatan dan kecerdasan, maka anak yang stunting terancam mengalami berbagai permasalahan seperti kesenjangan, kesejahteraan, kemiskinan antar generasi secara berkelanjutan.
Angka stunting yang demikian besar, semestinya dipandang sebagai masalah serius. Angka ini bila dikualifikasi, dapat diproyeksikan telah mencapai kurang lebih 20 persen dari jumlah anak di bawah lima tahun.
Artinya, terdapat jumlah penduduk dalam kurun waktu pada saatnya, bila dihitung jumlah 1,5 juta jiwa penduduk Sulbar dalam perjalanannya ke depan, maka terdapat sekira 280.000 jiwa penduduk yang terdampak stunting. Jumlah ini dipastikan ada dalam perjalanan generasi, yang bila prevalensinya tak dapat ditekan maka angka tersebut kelak menambah lapisan stunting lebih besar.
Stunting dalam penilaian Unicef menyebut adanya kondisi gizi buruk kronis berkepanjangan. Stunting mengakibatkan menurunnya IQ seseorang dan selanjutnya dapat menyebabkan lost generation, atau generasi hilang sebagai generasi sosial saat mencapai masa dewasa. Pandangan ini kontraproduktif dengan usaha meningkatkan mutu hidup masyarakat. Bertentangan dengan usaha peningkatan sumberdaya manusia. Terlebih jika melihat upaya membangun masyarakat yang dapat berkompetisi di masa depan.