Invisible Hands Dalam Bisnis

  • Bagikan

DI AWAL 2022, dunia maya dihebohkan oleh fenomena Ghozali Everyday yang tiba-tiba menjadi sultan (sebutan kaum milenial untuk seorang miliarder).

Oleh: Anfas
Direktur UT Majene

Nama lengkapnya Gustaf Al Ghozali, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Namun di medsos, namanya dikenal Ghozali Everyday. Julukan itu diberikan, karena di akun medsosnya, setiap hari mengunggah foto-foto selfienya. Hingga tidak terasa, rutin dilakukan selama tiga tahun.

Siapa menduga foto-foto unggahannya justru laku dibeli para peminat di aplikasi Non Fungible Token (NFT). Suatu aplikasi marketplace OpenSea (sejenis E-commerce), tempat transaksi asset digital. Mulai dari karya seni, klip video, musik dan sebagainya.

Termasuk juga dalam bentuk foto berbentuk Joint Photographic Experts Group (JPEG), Portable Network Graphics (PNG), Graphics Interchange Format (GIF), dan lainnya. Peluang ini dimanfaatkan seorang Ghozali. Foto selfie perdana Ghozali pun hanya dibanderol dengan harga 0,001 ETH atau sekitar Rp. 45 ribu.

ETH adalah singkatan dari Ethereum, yaitu token Aset Kripto yang mirip dengan bitcoin. ETH sama dengan uang di dunia nyata, digunakan dalam transaksi peer-to-peer, dapat dibeli dan dijual di bursa dengan nilai spekulatif. Persis seperti pasar uang.

Jika foto Ghozali dihargai 0,001 ETH setara Rp. 45 ribu, itu artinya 1 ETH = Rp. 45 juta. Ketika salah satu foto Ghozali terjual mencapai hingga 11 ETH, maka hebohlah jagat maya. Dari hasil wawancara di broadcast Deddy Corbuzier, Ghozali mengaku pendapatan dari penjualan fotonya kini telah mencapai Rp. 1,7 milyar. Kekayaannya itu akan terus bertambah melalui royalty yang didapatkannya, selama masih ada transaksi perdagangan foto Ghozali di NFT.

Media luar negeri ikut menyoroti fenomena Ghozali Everyday. Bahkan di CNN, media massa milik Singapura, mengulas khusus fenomena Ghozali Everyday dalam artikel panjangnya berjudul “Indonesian student millionaire who sold selfies as NFTs redeems US$2,700 for now, plans more digital assets”.

Pertanyaannya, bagaimana mungkin foto Ghozali dari kalangan biasa (bukan artis), bisa laku hingga 11 ETH? Boleh jadi, inilah yang disebut invisible hand oleh Adam Smith. Kata kuncinya “jangan putus asa dalam membangun bisnis, teruslah berinovasi, selebihnya biarkan takdir yang menentukan”.

Sama halnya ketika Jack Ma mendirikan Alibaba. Ia tak membayangkan bisnis marketplace-nya itu akan sesukses sekarang ini. Sebab sudah berulang kali ia jatuh bangkrut, hingga tidak memiliki apa-apa lagi, selain semangat.

Dengan semangat itulah, Jack Ma sukses meyakinkan konsep Alibaba di hadapan Masayoshi, investor dari Jepang (kelak jadi sahabat dan mitra bisnis Jack Ma). Dan dengan naluri bisnis yang brilliant dari seorang Masayoshi, ia pun menyetujui konsep marketplace yang ditawarkan Jack Ma hingga tak tanggung-tanggung mengelontorkan dana hingga 40 juta dollar AS, untuk investasi di Alibaba.

Hasilnya kini dinikmati mereka berdua, dimana Alibaba telah menjadi sebuah marketplace terbesar di dunia yang nilai perusahaannya kini telah mencapai 645,8 miliar dollar AS atau setara Rp 9.423 triliun, per 16 April 2021.

Sama halnya dengan kasus Ghozali di atas, fotonya yang tidak bernilai, awalnya hanya dijadikan sebagai bahan ujicoba oleh Arnold Poernomo (chef Arnold) dan rekan-rekan selebritinya untuk mengetahui nilai jualnya di NFT, rupanya jadi laris manis hingga senilai millyaran rupiah.

Aksi beli foto Ghozali oleh chef Arnold cs tersebut menjadi trend dan bergelinding bagai bola salju. Semakin laris di kalangan peminat asset digital, membuat harganya semakin mahal. Semua foto Ghozali pun habis terjual dengan harga yang fantastik.

Kisah ini tentu harus dapat menjadi menginspirasi bagi para pelaku UMKM, untuk bermimpi dan tetap semangat dalam berbisnis. Jangan lupa terus belajar mengikuti perkembangan bisnis modern, terutama yang berkaitan dengan teknologi informasi (TI).

Sebab, saat ini bisnis apapun tak akan lepas dari TI. Kita tak akan tahu nasib kita ke depan, maka teruslah berusaha, selebihnya biarlah invisible hand yang bekerja mengantarkan kita pada tangga kesuksesan. Semoga (***)

  • Bagikan