MAMUJU – Setahun pasca gempa bumi Sulbar, sejumlah bangunan sekolah belum dibenahi. Akibatnya, peserta didik masih harus belajar dalam kondisi terbatas di tenda darurat.
Ketua Komisi I DPRD Mamuju Sugianto mengatakan, perbaikan sekolah rusak belum dilaksanakan karena pada saat itu APBD 2021 telah ditetapkan. “Oleh karena itu, sekolah yang rusak akibat gempa tidak tersedia anggarannya di 2021. Jadi 2022 ini baru bisa disentuh dan dilakukan perbaikan terhadap seluruh fasilitas pendidikan yang rusak akibat gempa bumi,” kata Sugianto saat dikonfirmasi, Selasa 18 Januari 2022.
Sugianto meminta, agar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait melakukan pendataan sekolah rusak dengan baik, menjadikan hal tersebut sebagai program prioritas di 2022 dan telah mempersiapkan anggaran perbaikan sekolah di APBD 2022. “Karena kalau tidak, bisa saja anak-anak akan belajar di tenda yang panas sampai 2023,” ujar Sugianto.
Kepala SD Inpres Simboro Sri Andayani Akbar mengatakan, saat ini ada 212 murid di sekolah ini yang belajar di bawah tenda bantuan dari Direktorat Pendidikan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulbar, dan bantuan dari relawan pendidikan.
Menurut Sri, delapan ruangan kelas di sekolah tersebut semuanya rusak. Fasilitas sekolah seperti meja, kursi, lemari dan buku rusak saat gempa bumi 15 Januari 2021 lalu.
“Jadi kami di sini belajar di tenda karena ruangan semuanya roboh, cara pembelajarannya itu kami bagi per shift. Ada yang masuk shift satu pagi, dan masuk shift dua siang, karena tidak muat kalau bersamaan hadir,” ujar Sri.
Ia berharap, pemerintah bisa segera melakukan perbaikan fasilitas sekolah yang rusak, sehingga proses pembelajaran bisa berjalan lebih efektif. “Kasihan anak-anak kami kalau harus belajar di tenda terus,” pungkas Sri. (rez)