POLEWALI – Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Sulawesi Barat akan dilantik, Senin 24 Januari mendatang. Pelantikan yang akan digelar di Ruang Pola Kantor Bupati Polewali Mandar dirangkaikan dengan seminar nasional bertajuk petani melenial dan regenerasi pertanian untuk kedaulatan pangan.
Berbagai harapan terkait kehadiran PISPI Sulbar dalam memajukan pertanian di daerah ini. Salah satunya dari Ketua Dewan Pakar PISPI Sulbar, Prof Muhammad Arsyad. Menurutnya, Provinsi Sulawesi Barat ini memiliki potensi komoditas pertanian yang sangat heterogen dan unit usaha ekonomi desa yang unik.
Sehingga kata dia, membangun pertanian dan pedesaan di Sulbar tidak cukup hanya dipikirkan oleh pemerintah daerah. Tetapi butuh sinergi dengan banyak stakeholders untuk percepatan dan penguatan kelembagaan pembangunan pertanian itu sendiri. Termasuk dengan kehadiran PISPI Sulbar.
“Sektor pertanian bisa diharapkan mendorong pembangunan industri lainnya. Penghasilan dari industri tersebut itu bisa dipakai kembali untuk mendorong pembangunan pertanian. Artinya pertanian bisa menjadi pasar straegis bagi sektor industri di Sulbar. Sepanjang itu dikelola dengan baik dan fungsi koordinasi antar lembaga yang menangani pertanian dan industri juga berjalan baik,” terang Prof Muhammad Arsyad dalam rilisnya, Kamis 13 Januari.
Profesor termuda di Fakultas Pertanian Unhas kelahiran Sendana Kabupaten Majene ini menaruh harapan dengan kehadiran PISPI dalam mendorong kemajuan pertanian di Sulbar. Ia berharap PISPI akan bersinergi dan memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah. Khususnya Provinsi Sulawesi Barat dalam percepatan pembangunan pertanian dan pedesaan.
“Bukan hanya perbaikan struktur produksi, tetapi juga dukungan prospek pengolahan hasil pertanian. Sehingga nilai tambah ekonomi akan terjadi,” terang doktor lulusan Jepang ini.
Ia juga berharap kelembagaan PISPI akan menjadi salah satu aktor utama untuk penciptaan strategi adaptasi pasar dan digitalisasi global pertanian untuk petani.
Selain itu kata Prof Arsyad, PISPI diharapkan dapat menjalankan fungsi pendampingan dan kaji tindak (Action Research) Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) bagi masyarakat desa dan kota yang bahan baku atau raw materialsnya berasal dari komoditas pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan perikanan dan kelautan.
“Karena UMKM terbukti memiliki daya resiliens yang sangat baik menghadapi krisis, baik ekonomi (economic shock) maupun pandemi Covid-19. Tentu saja UMKM pertanian bukan faktor tunggal untuk kesejahteraan masyarakat pertanian pedesaan. Tetapi faktanya bahwa UMKM mampu menjadi katup pengaman dari goncangan ekonomi. Maka ini bisa menjadi rute alternatif penanganan kesejahteraan masyarakat di Sulbar maupun Indonesia,” tandasnya. (mkb)