MAKASSAR – Pisah sambut Kepala LLDIKTI Wilayah IX Sultan Batara, dari pejabat lama, Prof Dr Jasruddin, M.Si kepada pejabat baru, Drs.Andi Lukman, M.Si, berlangsung Rabu 12 Januari 2022 di Hotel Claro Makassar.
Suasana acara pisah sambut berlangsung sangat meriah hadir beberapa mantan Kepala LLDIKTi IX di antaranya, Prof Dr Aminudddin Salle, SH, MH, Prof Dr Basri Wello, MA, Prof Dr Andi Niartiningsih, MP, mantan Sekpel Kopertis IX, Dr.H.Ibrahim Saman, MM dan para pimpinan Perguruan tinggi se Sulsel, Sulbar dan Sultra.
Pada sambutan pisah sambut itu Prof Jasruddin mengatakan, sosok Andi Lukman sudah sangat tepat menjadi Kepala LLDIKTI IX karena selama ini dalam menjalankan tugas dia jadi pemeran utama dan sutradara.
Kesempatan itu Prof Jasruddin berpesan kepada Andi Lukman, program dimasa lalu yang baik agar tetap diteruskan dengan bekerja lebih keras lagi dengan tetap menjaga jaringan dan networking yang sudah ada selama ini.
Keberhasilan yang ada selama menjalankan tugas, bukan karena saya tetapi karena kehadiran staf staf yang hebat dan mereka ini masih tetap berada di lingkungan kantor LLDIKTI IX, tandasnya.
Saat awal mulai bertugas di LLDIKTI IX cukup banyak berita hoax yang beredar terkait soal adanya raja raja kecil dan pelayanan lambat.
Tetapi setelah beradaptasi pada pegawai yang melayani PTS belum memahami new public service dan juga belum memahami manfaat aplikasi pelayanan secara digital, tegasnya.
”Kita ada karena ada PTS, jangan abaikan PTS. Kalau PTS tidak ada maka LLDIKTI juga tidak ada” tegas Prof Jas.
”Gaji gaji dosen di PTS dominan dibawah standar dan saya tidak mungkin paksakan PTS tingkatkan kesejahteraan dosen dengan keterbatasan yang dimiliki PTS”, ungkapnya.
Salah satu kebijakan yang ditempuh lewat jurus mabuk, membuat edaran Juni 2019, dosen yang tidak punya jabatan fungsional tidak boleh mengajar, katanya.
Kebijakan jurus mabuk itu sehingga terjadi tsunami berkas pengurusan jafung mencapai 2400 lebih untuk diperiksa.
Selama tiga tahun 2019-2021 dosen yang lolos serdos setelah memiliki jafung mencapai 1750 orang itu berarti cukup banyak dana masuk di LLDIKTI lewat pembayaran serdos.
Selama ini hubungan kadang tidak harmonis antara pihak Yayasan dan pimpinan Perguruan tinggi. Terkadang ada Yayasan yang terlalu jauh mencampuri tehnis pengelolaan Perguruan tinggi. Sebaliknya ada rektor atau pimpinan Perguruan tinggi merasa dirinya pimpinan yayasan.
Mencari solusi dari ketidakharmonisan dengan meminta bantuan dan kolaborasi dengan APTISI dan ABPTSI Sulsel, katanya.
Nampak hadir dalam acara itu, Ketua APTISI Sulsel, Prof Dr Ma’ruf Hafidz, SH, MH. Ketua KPN Bung, Prof Dr Hj. Andi Niniek F Lantara, M.Si. (rls)